andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Rabu, 30 Januari 2008

Mengenal Radio Control


Radio Control atau disingkat RC merupakan pemacar atau transmitter pengendali yang dipegang pilot di darat. Fungsinya begitu vital karena pesawat bisa dikendalikan melalui alat ini. Hal ini tentunya pesawat juga harus dilengkapi dengan alat penerima atau receiver agar pilot dan pesawat dapat 'berkomunikasi'. Wah...ternyata pengendalinya juga disebut 'pilot' meskipun tidak ikut terbang. Unik juga ya...?

Lagi-lagi saya harus berterimakasih kepada Om Darwin dari Grage Aeromodeling karena saya mengutip gambar transmitter yang pernah diulas di forum Grage. OK, lanjut... Sebenarnya jenis transmitter yang lazim digunakan dalam dunia aeromodelling terbagi tiga yakni model pertama yang populer di Eropa, model kedua populer di Amerika, dan model ketiga populer di Asia.

Gambar di atas merupakan model transmitter yang populer di Asia. Terdapat dua stik yaitu pada bagian kiri dan kanan. Stik kiri adalah throttle jika di digeser ke depan maka kecepatan pesawat akan bertambah. Sebaliknya, jika digeser kebelakang kecepatan laju pesawat akan berkurang. Jika stik digeser ke kiri atau ke kanan aileron maka pesawat akan berguling di udara.

Nah, untuk stik sebelah kanan atau stik elevator apabila digeser ke depan maka pesawat akan turun sebaliknya apabila digeser ke belakang maka pesaat akan naik. Selanjutnya stik rudder apabila stik digeser ke sebalah kiri maka pesawat akan belok ke kiri dan jika digeser ke kanan maka pesawat akan belok kanan. Nah, kira-kira sudah ada bayangan mengenai RC pesawat? Gampang khan..?

Denpasar, 30 Januari 2008

Minggu, 20 Januari 2008

Kunjungan dan Terbang Bersama


"Daeng posisi di Bone?"
"Wah...saya masih di Sengkang sekarang, lagi betulin WD dan servo. Sebentar mabur lagi"
Demikian bunyi pesan singkat yang saya buka lalu membalasnya setelah bangun tidur.
Saya mengerutkan kening sewaktu saya lihat nomor telepon yang masuk di hape saya.
Nomor ini belum terdaftar di hape saya, pikir saya. Tetapi saya kok begitu langsung membalasnya ya? Saya sudah menduga-duga, pasti yang mengirimkan pesan singkat itu Mas Kresna, kosong satunya BRI Bantaeng. Setelah saling mengirim dan membalas SMS akhirnya dugaan saya tidak meleset. Benar...yang mengirim pesan adalah Mas Kresna.

Beliau baru saja ditugaskan di Bantaeng setelah sebelumnya ditugaskan di Biak. Beliau pula salah seorang yang sempat 'meracuni' saya terjun dalam aeromodeling via forum diskusi aeromodeling online dan di YM.

Pukul tujuh pagi, saya berangkat ke lapangan kompleks rumah adat AtakkaE Sengkang. WD pun kembali diterbangkan dengan jalan hand launched. Pesawat berhasil terbang dan sempat berputar-putar hingga terbangnya menjauh dari saya sekitar 100 meter. Pesawat menuju pinggir danau yang lumayan berangin. Wah...anginnya sebenarnya masih sepoi-sepoi namun powerful membuat oleh sang WD. Lagi-lagi saya agak panik mengendalikannya hingga pesawat mendarat darurat di semak-semak nun jauh di sana. Tindakan emergency kembali dilakukan dengan cepat. Setelah saya periksa ternyata servonya kembali bermasalah. Hiks..hik...hiks...keluh saya dalam hati. Servonya baru saja diganti kok macet lagi.

Setelah kembali ke rumah hape berdering lagi. "Bos, kita ketemu di Bone saja. Posisi saya di Sinjai." Ternyata dari Mas Kresna. Saya membalasnya, "oke kalau begitu nanti segera saya ke Bone ketemuan sekaligus terbang bersama, tapi saya charge dulu batrenya"

setelah semuanya beres dan membawa WD dan satu kit Stick Flyer ke bagasi, saya segera meluncur ke Watampone hingga saya tiba di tujuan sekitar satu jam limabelas menit. Saya menunggu Mas Kresna tiba di rumah. Beberapa saat kemudian beliau dengan penggembiranya tiba dengan selamat. Saya sambut dengan senyuman kemudian ngobrol sejenak di dalam rumah. Tuan rumah menjamunya dengan hidangan ala kadarnya. Setelah puas ngobrolnya, kamipun beranjak ke Stadion Olahraga La Patau Bone. Tempat olahraga yang masih baru dan tergolong megah di tempat ini.

Setelah tiba di stadion dan meminta izin di satpam penjaga, kami pun diijinkan masuk. Mas Kresna membawa helikopter T Rex dan saya membawa apa lagi kalau bukan pesawat khas dan recomended untuk pemula Wing Dragon.Setelah diperiksa servo WD, ternyata tidak apa-apa. Giliran terbang pertama WD dengan pilot Mas Kresna. Wuih...mantap terbangnya kalau di tangan pilot yang terbangnya seudah ratusan bahkan ribuan kali pasti enak ditonton. Pesawat melawan arah angin dan nampak seperti seekor ikan lumba-lumba sedang terbang. Giliran selanjutnya yakni T Rex. Pilotnya pun masih masih Kresna. Saya terpesona melihat terbangnya yang nyaris sama persis dengan pesawat sungguhan. Giliran terakhir, saya diberi kesempatan oleh Mas Kresna sekaligus menjadi trainer dadakan kehormatan saya untuk menerbangkan WD. Namun, dasar pemula! begitu terbang langsung belok kanan dan mencium pagar pembatas dalam di stadion. Mas Kresna dengan tanggap langsung memberikan instruksi untuk terbang lagi sembari memberi semangat dan tips-tips terbang.

Ternyata terbang bersama mempunyai makna yang lebih dibanding dengan terbang sendiri. Padahal sebelumnya saya sudah merasa nyaris putus asa.

Watampone, 20 Januari 2008

Selasa, 15 Januari 2008

Dua Sisi Aeromodeling


Aeromodeling merupakan olahraga sekaligus hobi yang unik. Menggeluti kegemaran ini memang sebaiknya beramai-ramai dengan rekan peminatnya sehingga seni dan kepuasan satu kegemaran dapat diresapi dengan syahdu. Acara mencari lapangan dan menerbangkan pesawat dilakoni bersama-sama. Apabila ada masalah teknis pesawat juga dapat diselesaikan bersama-sama. Kecuali kepemilikan pesawat, tidak dimiliki bersama-sama (he..he..heee). Nah...karena seringnya bersama-sama, tentunya nilai yang didapatkan yaitu menjungjung tinggi rasa kebersamaan dan persaudaraan.

Namun apa jadinya jika kegemaran ini dilakukan seorang diri di tempat yang jauh dari hingar-bingar dari istilah aeromodeling? Wah.. .mungkin istilah yang paling sering didengarkan yaitu ’nekat’ atau istilah anehnya trial and error. Menjalankan sendiri tanpa mengetahui teori dasar pesawat bisa terbang, kebutuhan perangkat keras pesawat, manuver-manuver terbang, klasifikasi pesawat, dan istilah yang berbau sangat teknis lainnya merupakan hal yang betul-betul nekat. Pada stadium ini malah yang dipikirkan hanya satu yakni bagaimana saya bisa menerbangkan pesawat meskipun asal terbang. Adapun crash merupakan nasib dan risiko yang datang sewaktu-waktu menjemput. Selain itu, rupanya menjadi bagian yang harus dialami oleh siapapun yang baru menerbangkan pesawat RC. Namun, jangan khawatir karena hal tersebut menjadi bumbu penyedap kesyahduan meresapi kegiatan ini.

Untunglah saya menghirup udara era informasi yang sementara menghegemoni kehidupan manusia. Ruang dan waktu bukan lagi menjadi halangan yang memusingkan. Internet telah mengubah sebagian gaya hidup manusia dari konvensional ke arah akses informasi super cepat. Rupanya celah ini tidak luput dari pantauan kaum aeromodeler untuk segera menyikapinya. Kegiatan aeromodeling pun dapat dilakonkan secara bersama-sama dengan menggunakan celah ini, meskipun secara fisik kegiatan ini dilakukan seorang diri. Namun, secara maya sebenarnya telah dilakukan secara berjamaah sehingga nilai kebersamaan dan persaudaraan juga ditemukan lewat jalur ini. Komunikasi secara live, forum diskusi, merakit pesawat secara on line, tawar-menawar pesawat tak lupa pernak-perniknya,dan kenal-kenalan sesama komunitas aeromodeling se-Indonesia dapat dilakukan dengan mudah. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegemaran ini mempunyai dua sisi yang melenakan yakni maya dan nyata.

Watampone, 15 Januari 2008

Senin, 07 Januari 2008

Propeller Lepas


Awan nampak mendung, angin berhembus sangat lembut sehingga waktu paling bagus untuk terbang. Saya ke lapangan pukul enam lewat seperempat pagi. WD segera dipasang sayapnya ,tak lupa memeriksa rudder dan elevator.

Setelah semuanya beres maka penerbanganpun dimulai. Saya naikkan throttle hingga penuh. Pesawat rogging sebentar tapi tidak berhasil terbang karena roda pesawat selalu terganjal karena runway masih basah dan bertaburan dengan 'adonan sapi'.

Akhirnya pesawat saya terbangkan dengan hand launched. Pesawat berhasil terbang berputar beberapa kali di atas saya hingga gerimis halus kembali turun. Saya turunkan pesawat dengan segera agar komponen dalam fuselage tidak kemasukan air. Pesawat berhasil mendarat dengan mulus di rerumputan.

Setelah gerimis reda, penerbangan selanjutnya dipersiapkan lagi. Tetapi servo menunjukkan gelagat yang tidak biasanya. Namun, saya tetap menerbangkan WD. Setelah terbang menjauh dari saya, kendali rudder terasa kurang stabil. Kendali saya gerakkan perlahan-lahan ke kiri. Namun respon WD yang di atas juga aneh. WD merespon dengan lambat.

Sambil terbang dengan tenang, pesawat mengarah pada kabel listik. Saya kendalikan rudder sekali lagi namun sisi kanan pesawat menyentuh kabel tersebut. Pesawat saya belokkan ke kiri untuk menghindari menabrak rumah. Pesawat belok dengan tenang dan turun secara perlahan. Ahirnya mendarat dengan selamat di atas ilalang.

Setelah saya periksa pesawat, ... astaga propellernya hilang. Saya tidak bisa lagi terbang pikir saya karena saya tidak mempunyai cadangan propeller. Penonton cilik ikut mendekat dan saya sembat buat sayembara dadakan bagi yang menemukan propeller. Si penonton cilik ikut mencari dengan harapan mendapatkan imbalan yang saya sampaikan. Hasilnya nihil dan saya memutuskan untuk pulang ke rumah sambil berjalan lunglai memegang pesawat.

Saya pulang degan perasaan kecewa campur lesu. Tapi saya berpikir sejenak untuk mencari sekali lagi utamanya di sekitar kabel listrik tersebut. Saya susuri lapangan hingga di bawah lokasi kabel tersebut. Hasilnya lagi-lagi nihil. Saya tidak patah semangat, pencarianpun saya lanjutkan hingga mendekat di samping rumah tadi. Mata saya tiba-tiba tertuju pada sebuah benda hitam plastik... dan..alhamdulillah, saya dapat kembali propeller tersebut. Saya memasang lagi propeller tersebut dan hand launched lagi. Pesawat berhasil terbang rendah kemudian mendarat. Ternyata cadanga powernya sisa sedikit. Saya memutuskan untuk pulang dan mencharge batrenya dengan harapan nanti siang bisa terbang lagi.

Watampone, 7 Januari 2008

Selasa, 01 Januari 2008

Bagian Pesawat Radio Control


Sebagai seorang pemula dalam aeromodeling, maka wajib hukumnya mengetahui bagian-bagian dalam pesawat yang mengakibatkan pesawat tersebut dapat melakukan berbagai manuver di udara. Bagaimana sebuah pesawat dapat melakukan penerbangan naik atau turun, belok kiri atau kanan, atau melakukan rolling di udara. Semua itu berasal dari berbagai bagian yang dapat gerakkan dalam pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh.

Agar mudah dijelaskan, saya mengutip gambar dari Wind Rider, Site Admin pada forum Grage Aeromodeling. Rudder merupakan alat kendali yang memungkinkan pesawat dapat belok kiri atau kanan. Dengan menggerak-gerakkan rudder yang berada pada fin (sirip, ekor yang horisontal) maka pesawat akan melakukan manuver belok. Apabila rudder digerakkan ke kiri maka pesawat akan belok ke kiri begitu pula sebaliknya.

Elevator memungkinkan pesawat terbang naik dan turun. Elevator letaknya pada bagian belakang stabilizer atau stabilo (ekor yang posisinya datar). Jika elevator ditarik ke bawah maka pesawat akan turun. Jika elevator ditarik ke atas maka pesawat akan naik.

Fuselage atau bagian badan pesawat. Badan pesawat dapat dibuat dari berbagai bahan misalnya pipa PVC, kayu balsa, plastik, alumunium, dan fiber.

Wing atau sayap yang memungkinkan pesawat dapat terbang di udara. Di wing terdapat aileron yang merupakan kemudi guling pesawat.

Landing gear merupakan roda pesawat yang berguna untuk digunakan dalam pendaratan pesawat. Cowling merupakan tutup bagian depan pesawat. Propeller merupakan baling-baling pesawat. Engine merupakan mesin pesawat khusus yang menggunakan bahan bakar. Apabila mesin pesawat tidak menggunakan bahan bakar namun digerakkan dengan tenaga listrik maka disebut motor. Terakhir spinner atau tutup hidung pesawat yang fungsinya juga melindungi bagian depan baling-baling.

Watampone, 1 Januari 2008

Sabtu, 29 Desember 2007

Terbang di Lapangan Bola 'Tampangeng'

Pada tanggal 25 Desember 07 kemarin, merupakan penerbangan WD saya yang ke-5. Penerbangan kali ini sudah mulai berkesan setelah penerbangan sebelumnya pesawat berakhir dengan tragis seperti mencium bumi, fulselage penyot akibat benturan pohon atau tembok, stabilizer agak goyang, ada keretakan kecil pada dudukan servo akibat benturan tidak sewajarnya pada landing gear, dan ada kerobekan kecil pada bagian elevator.

Tapi semua masalah tadi saya coba perbaiki sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekeliling kita tanpa harus menggati spare-partnya. Pesawat saya terbangkan di lapangan sepak bola Tampangeng Sengkang. Lapangannya seluas lapangan sepak bola namun terasa lega untuk menerbangkan WD. disekeliling lapangan terdapat rumah panggung penduduk dan banyak pohon.

Pesawat saya terbangkan dengan cara on hand launched, pesawat melaju lepas di depan saya. Stik transmitter elevator saya naikkan dan pesawat pun naik secara perlahan. Asyik juga kelihatannya sang WD naik secara perlahan ke udara. Setelah mencapai ketinggian melewati tinggi pohon di sekitar lapangan, saya mencoba belokkan rudder ke sebelah kiri. Pesawat perlahan-lahan belok kiri dan rudder kembalikan ke posisi semula hingga pesawat terbang lurus.

Namun angin yang sedari tadi bertiup sesekali kencang, menerpa pesawat hingga kelihatan terbang oleng. Tapi kemudian saya berhasil meluruskan terbang pesawat. Saya masih merasa gemetaran sewaktu pesawat terbang di atas rumah-rumah penduduk. Wah...jangan-jangan angin tiba-tiba menghembus kencang sehingga dapat menjatuhkan pesawat tepat di atas rumah penduduk. Apalagi kalau nyangkut di atap rumah, bisa-bisa membuat pekerjaan tambahan lagi.

Pesawat berhasil terbang dengan lambat namun anggun. Setelah saya rasa terbang lurus sudah cukup, kendali rudder saya arahkan untuk terbang belok kiri hingga pesawat mengelilingi di atas lapangan bola tersebut. Setelah pesawat berhasil terbang tinggi mengeliligi lapangan bola, kira-kira waktu terbang cuma sekitar tiga menit, angin bertiup cukup kencang sehingga mempengaruhi arah terbang pesawat. Pesawat kemudian terbang disoriented. Di bawah saya coba memperbaiki arah terbang sehingga pesawat terbangnya tidak lagi mengikuti alur luar lapangan melainkan memotong ke bagian tengah lapangan hingga keluar jalur.

Pesawat meleset terbang menuju pepohonan. Di depannya terdapat pohon kelapa yang cukup tinggi. Wah..gawat lagi, pesawat pasti menabrak pohon ini. Saya dengan segera mengendalikan rudder ke kanan secara maksimal. Namun pesawat tidak meresponi dengan segera karena belok kanannya lambat. Akhirnya saya turunkan maksimal throttle untuk mematikan mesinnya. Dan......main wing pesawatpun berhasil menabrak pohon kelapa.

Saya segera berlari menjemput menuju 'korban' di TKP. Saya periksa dengan cemas, sedih, dan seksama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Ternyata main wing-nya masih utuh akibat balutan lakban bening.

Penerbangan saya kali ini walaupun berakhir dengan 'tragis lagi' namun saya merasa cukup puas karena sudah bisa menguasai sang WD terbang, meskipun penguasaanya masih sedikit. Bukankah sedikit-sedikit itu lama lama akan terakimulasi menjadi banyak pengalaman? Selain itu memang penerbangan saya kali ini tergolong nekat karena sejak pagi hingga siang, angin sudah menunjukkan tabiatnya yang 'kurang merestui', berhembus agak kencang. Tapi yang penting...udah maburrr!!!

Watampone, 29 Desember 2007

Kamis, 20 Desember 2007

Penerbangan Pertama WD


Gemetaran campur deg-degan rasanya pada saat saya pertama kali menerbangkan pesawat WD. Setelah sebelumnya berkuat di pesawat glider tanpa mesin. Bisa dibayangkan kalau penerbangan pertama tersebut tidak didampingi oleh orang yang mahir menjalankan pesawat. Akibatnya penerbangan pesawat dilakukan seperti trial and error. Memang di tempat saya berada tidak ada orang yang mahir menerbangkan pesawat.

Saya coba menerbangkan di Lapangan Merdeka Sengkang, di depannya terdapat mesjid raya Wajo. Lapangannya seukuran lapangan bola dan setiap dua kali setahun digunakan sebagai tempat shalat idul fitri dan idul adha.

Saya ke lapangan hampir magrib. Angin tidak terlalu bertiup. Pesawat saya coba terbangkan dengan cara take off dari tanah. Namun, usaha saya tidak membuahkan hasil. Saya mencoba menerbangkan dengan cara melempar dengan menggunakan tangan. Mesin saya hidupkan maksimal dengan menyetel stik transmitter hingga full ke depan. Pesawat melesat ke depan terbang dengan ketinggian sekitar tujuh meter di atas tanah.

Pesawat belok ke kiri dan beberapa lama kemudian belok ke kanan. Waduh...saya kebingungan mengendalikan pesawat dengan menggunakan stik transmitter. Saya gugup dan diluar kontrol tidak bisa membedakan kontrol untuk menaikkan dan menurunkan pesawat. Pesawat naik, stik untuk menaikkan pesawat saya kurangi hingga pesawat tiba-tiba menukik. Saya tambah lagi gasnya sehingga pesawat kencang lagi. Terbang agak memutat dan menjauh dari saya. Di depan terdapat pohon asam. Pesawat menuju pohon asam dan saya semakin gugup mengendalikannya hingga akhirnya pesawat menabrak pohon asam.

Waduh...hancur pesawat pikir saya. Setelah menghampiri pesawat. Ternyata pesawatnya tidak apa2. Cuma ada lecet kecil pada bagian depan pesawat.

Pesawat bisa terbang lagi. Namun Bunyi azan di Mesjid Raya Wajo sudah menggema. Saya harus pulang rumah sekarang. Besok dilanjutkan lagi menerbangkan pesawat WD.


Sengkang, 20 Desember 2007