andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Sabtu, 26 April 2008

Latihan Sabtu pagi di Serangan


Sabtu ini kami cuma berempat latihan terbang di Pulau Serangan, Bali. Sekitar jam tujuh pagi Pak Hari sudah duluan sampai dan menerbangkan glidernya. Usia glidernya sudah delapan tahun namun pesawatnya masih kelihatan kokoh dan terbangnya masih lincah dikendalikan mencari-cari termal. Maklum pesawat aslinya hanya menggunakan tali untuk ditarik lalu terbang. Namun, ia telah memodifikasi dengan menambahkan propreller dan mesin elektrik brushless dengan menggunakan tenaga baterai.

Saya menyusul datang ke lapangan melihat sebentar glidernya Pak Hari diterbangkan. Saya langsung mempersiapkan pesawat saya cek servo, radio, dan mengisi bahan bakar. setelah semuanya beres lalu penerbangan dilakukan masih dengan tandem radio. Maklum minggu kemarin saya masih belum lancar menerbangkan pesawat meskipun sudah ditandem.

Pak Gatot tiba di lapangan setelah saya persiapkan pesawat untuk terbang. Setelah mengeluarkan pesawatnya dari bagasi ia langsung mengisi bahan bakar dan langsung menyalakan engine. Dengan segera, pesawat Pak Gatot langsung meluncur terbang dan berputar-putar di udara sebentar. Setelah mendaratkan pesawatnya dengan mulus ia beristirahat sebentar.

Nah....kini giliran saya terbang. Pak Hari yang mengantar pesawat take off, setelah berada pada ketinggian barulah saya diperkenankan mengendalikan. Baru kali ini saya merasakan mengendalikan pesawat dengan jempol saya. Setelah puas melakukan manuver sederhana di udara , bahan bakar pesawat semakin berkurang. Akhirnya diputuskan untuk mendaratkan pesawat. Untung pada saat pesawat hampir menyentuh tanah untuk mendarat engine berhenti sehingga tidak pendaratan dapat dilakukan dengan aman.

Setelah istirahat sejenak, Kadek datang dengan helikopter engine. Beberapa menit melakukan persiapan terbang, sang heli pun diterbangkan dengan manuver yang sangat cepat.Setelah helikopter mendarat, session penerbangan kedua saya persiapkan lagi dengan menambah fuel dan mengganti baterei reciever. Untuk mengantisipasi agar penerbangan tetap aman, lagi-lagi take off pesawat ditangani oleh Pak Hari dan setaelah pesawat berada pada ketinggian yang aman barulah giliran saya mengendalikan pesawat. Namun, matahari di Pulau Serangan makin terik dan panasnya semakin menyengat. Bagian kedua penerbangan saya segera diakhiri, dan...pesawatpun mendarat dengan selamat!!!

Denpasar, 26 April 2008

Minggu, 13 April 2008

Tandem Terbang via Transmitter


Hari Sabtu kemarin saya mencoba terbang tandem bersama dengan trainer Pak Hari di Pulau Serangan Bali. Maksudnya yang ditandem adalah transmitter atau yang lebih dikenal dengan TX. Pesawatnya masih menggunakan tipe sejenis trainer 40 dengan engine OS 46 Jepang. Pesawat, mesin, dan semua jeroanya masih fresh sehingga kemarin merupakan penerbangan perdana sekaligus tandem perdana.

Tx atau istilah lainnya lagi yakni pemancar yang digunakan dua buah. Tx master buat trainer dan Tx yang satunya buat trainee. Pada Tx master menggunakan sejenis saklar untuk mengalihkan kendali pada trainer ketika trainee dalam kesulitan sewaktu pesawat sudah berada di angkasa. Kedua Tx ini saling berhubungan dengan menggunkan kabel khusus yang dicolokkan pada bagian belakang Tx.

Pada saat pesawat take off dikendalikan oleh sang trainer. Setelah pesawat sudah berada pada ketinggian yang cukup barulah trainer mempersilakan saya untuk mengendalikan Tx trainee. Pesawat berputar-putar ke kiri kemudian lurus, dan belok kiri lagi. Begitu seterusnya hingga saya merasa sudah agak lancar dan saya coba balikkan haluan ke arah kanan. Tiba-tiba saya disorientasi dan pesawat sudah stall di ketinggian. Untunglah pada saat krisis seperti ini, trainer langsung mengaktifkan TXnya dengan menekan saklar. Pesawtpun selamat dari crash karena dikendalikan lagi oleh Pak Hari. Setelah posisi pesawat di udara sudah dibetulkan lagi, barulah saya kendalikan lagi.

Latihan selanjutnya yakni belajar take off setelah session terbang pertama usai. Saya mencoba sendiri memasukkan fuel ke dalam mesin dengan menggunakan pompa khusus. Engine dinyalakan dan saya tempakan pesawat di run way. Setelah trainer memberikan saya aba-aba untuk mulai maka saya segera membuka throttle perlahan-lahan hingga penuh.

Selanjutnya....pesawatpun take off dengan pelan dan langsung melayang ke angkasa. Setelah latihan berputar-putar di angkasa saya rasa sudah cukup selanjutnya yaitu mendaratkan pesawat di run way. Pesawat saya turunkan dengan mengurangi throttle secara perlahan-lahan. Pesawat belok kiri perlahan-lahan dan instruktur segera memberikan aba-aba untuk segera cut throttle atau matikan mesin. Setelah belok kiri, saya luruskan kembali arah terbang sehingga pesawat tepat berada di depan saya. Kira-kira 30 cm. pesawat berada di atas run way saya tarik sedikit stik elevator agar moncong pesawat agak naik sehingga memudahkan proses pendaratan. Selanjutnya, pesawatpun mendarat dengan mulus....

Denpasar, 13 April 2008

Jumat, 28 Maret 2008

Transmitter Aeromodeling


Setelah sekian lama menanti, akhirnya transmitter atau ringkasnya diistilahkan TX telah tiba dan niat untuk menggunakannya juga telah terkabul. Perangkat yang satu ini merupakan alat yang vital bagi dunia aeromodeling. Bahkan sebagian besar aeromodeller menganggap sebagai investasi yang sangat berharga dalam hobbi ini.

Biasanya aeromodeller mengunakan satu TX untuk menerbangkan beberapa pesawat model. Hal ini karena dalam pesawat telah dilengkapi dengan radio penerima, reciever atau istilah praktisnya RX yang menerima pancaran gelombang radio dari TX. Asalkan saja frekuensi yang digunakan oleh RX cocok dengan gelombang radio TX. Namun, pilot harus hati-hati dalam menerbangkan pesawatnya agar frekuensi yang digunakan pada saat terbang tidak sama persis dengan pilot lain yang juga terbang bersamaan. Jika terjadi demikian maka frekuensi akan kacau dan pesawat akan mengalami disorientasi yang bisa berkibat pesawat crash.

Frekuensi TX yang tersedia juga mempunyai banyak pilihan sehingga para aeromodeller bisa menerbangkan pesawat beramai-ramai secara aman dengan frekuaensi yang berbeda. Salah satu frekuensi yang sangat umum digunakan yaitu pada kisaran 72 Mhz. Bagaimana jika para pilot memiliki frekuensi yang sama? Sebenarnya frekuensi yang sama masih bisa digunakan dan aman untuk terbang misalnya pada frekuaensi 72,010 Mhz dan 72,030 Mhz. Dua digit pertama sama persis namun tiga digit dibelakngnya yang membedakan range frekuensinya sehingga masuk pada titik yang aman untuk diterbangkan.

Dalam TX juga dikenal sistem channel misalnya TX empat channel, enam channel, tujuh channel, sembilan channel, dan diatas sembilan channel. Sistem ini menunjukkan perbedaan kemampuan pancaran TX untuk pesawat model jenis aeroplane dan helikopter. Untuk aeroplane standar digunakan empat channel. Sistem kendali meliputi rudder, aileron, elevator, dan throttle. Untuk helikopter standar menggunakan enam channel.

Seorang pemula aeromodeller biasanya disarankan memiliki TX enam channel atau tujuh channel dengan asumsi bahwa jika ingin belajar menerbangkan model aeroplane empat channel dan telah mahir menerbangkannya serta apabila ingin mencoba helikopter maka TX tidak perlu diganti, cukup menggunakan satu TX untuk menerbangkan banyak pesawat model.

Depok, 28 Maret 2008

Jumat, 14 Maret 2008

Bahan Bakar Pesawat Engine Aeromodeling


Sudah lama sebenarnya saya ingin berbagi tulisan mengenai bahan bakar pesawat aero dan juga atas desakan salah seorang pembaca blog ini. Namun, rupanya kesempatan dan mood menulis sering menjadi biang kerok untuk dijadikan alasan penundaan.
....
Ternyata beberapa tipe pesawat model bila diterbangkan juga membutuhkan bahan bakar. Sama halnya dengan mesin kendaraan beroda menggunakan BBM agar mesin dapat menghasilkan tenaga gerak. Namun bahan bakar yang digunakan dalam pesawat model jenisnya berbeda dengan kendaraan beroda, sebenarnya pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama didalam mesin.

Pesawat model menggunakan bahan bakar yang disebut dengan Nitromethane dengan rumus kimia CH3NO2 , biasanya lebih gampang jika disebut saja Nitro. Kandungan oksigen dalam Nitro lebih sedikit jika dibandingkan dengan bensin. Sebagai ilustrasi, dibutuhkan 14,6 kg udara untuk membakar satu kilogram bensin. Sebaliknya, untuk Nitro hanya butuh sekitar 1,7 kg udara. Sehingga Nitro menjadi bahan bakar pilihan untuk mesin yang ukurannya lebih kecil daripada mesin kendaraan beroda namun menghasilkan tenaga yang besar seperti pesawat model dan mobil yang menggunakan sistem kendali radio kontrol.

Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang maksimum, biasanya Nitro dicampur dengan unsur lain seperti hydrazine. Oleh karena harga bahan bakar ini tergolong mahal dan hanya bisa dijual di tempat tertentu. Sulit didapatkan di beberapa pulau besar di Indonesia. Undang-undang penerbangan sangat melarang bahan bakar ini dibawa di atas kabin pesawat karena cairan mudah terbakar. Sehingga untuk mendapatkan BBM ini sebaiknya menghubungi Federasi Aero Sport Indonesia atau toko penyedia alat aeromodeling.

Namun penggemar aeromodeling di tanah air tidak kehilangan kreatifitas memikirkan pengganti Nitro. Dengan menggunakan campuran castor oil atau lebih dikenal sebagai minyak jarak dan ditambah dengan methanol maka mesin pesawat sudah siap terbang. Kedua cairan ini dapat dengan mudah diperoleh di apotik atau toko penjual bahan kimia. Tentu saja harganya jauh lebih murah dibanding dengan Nitro. Kualitas pembakaranya pun tidak kalah dengan Nitro. Biasanya digunakan campuran 1 liter minyak jarak banding 5 liter methanol. Racikan ini dapat digunakan sekitar tiga sampai lima jam menerbangkan pesawat. Cukup untuk membuat leher pegal-pegal menengadah ke udara mengendalikan pesawat. Nah... tertarik?. Mari racik sendiri!

Denpasar, 14 Maret 2008

Senin, 18 Februari 2008

Wisata Aeromodeller


Hari Minggu kemarin 17 Feb 08, rencananya akan terbang tandem di Pulau Serangan, Denpasar Bali. Maksudnya yang ditandem adalah Transmitternya. Alat yang dipakai yakni dengan menggunakan dua transmitter. Saya memegang satu transmitter dan transmitter yang satunya dipegang oleh pelatih. Kegunaannya jika yang dilatih kewalahan menerbangkan pesawat atau pesawat yang dikendalikan tiba-tiba stall atau kehilangan kendali maka instruktur akan cepat mengambil alih kendali.

Namun angin di Pulau Serangan bertiup agak kencang sehingga mengurungkan niat saya untuk terbang. Hanya pilot yang sudah lama malang melintang di dunia aeromodeling saja yang berani menantang angin.

Saya bertemu dengan Pak Putu Ary, aeromodeller Bali. sebenarnya sudah lama kami menjalin komunikasi dengan beliau melalui forum di internet namun baru kali ini saya berkesempatan berjumpa langsung dengan beliau.

Setelah Putu Ary menerbangkan pesawat Piper Cub dengan kecepatan angin yang lumayan, kami istirahat sejenak. Setelah itu, saya diajak ke workshopnya untuk melihat beberapa pesawat yang sementara dirakit. Beragam pesawat yang ada dalam workshopnya. Umumnya merupakan pesawat model yang ukurannya lebih besar. Kira-kira besarnya seukuran dengan ikan hiu dewasa. Beberapa diantaranya masih dalam kondisi baru dibuka dari bungkusannya. Pesawat elektrik, engine, helikopter, dan yang menyerupai kupu-kupu kerlap-kerlip ada di workshop ini. Beberapa pesawat ukuran kecil yang terbuat dari gabus juga nampak sementara dalam penyelesaian perakitan.

Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Bali tanpa mengunjungi workshop ini khususnya bagi para aeromodeller.

Denpasar, 18 Februari 2008

Sabtu, 09 Februari 2008

Engine Trainer Crash di Pulau Serangan, Bali


Pulau Serangan Bali merupakan tempat yang sangat mengasyikkan untuk olahraga aeromodeling. Meskipun letaknya di pulau namun tempatnya luas dan angin tidak terlalu kencang. Pesawat udara dari dalam dan luar negeri yang akan mendarat di bandara internasional Ngurah Rai sangat jelas dilihat dari tempat ini. Sebagian besar aeromodeller Bali memilih tempat ini untuk latihan terbang bersama. Mereka biaanya terbang pada hari Sabtu dan Minggu, serta jika ada hari libur nasional lainnya.

Saya pertama kali menerbangkang pesawat engine di tempat ini. Sejenis pesawat trainer 40 high wing yang cocok bagi pemula. Mesin menggunakan OS 46 Jepang 2 tak. Pesawatnya dibuat oleh salah seorang maesto aeromodeling Bali, Pak Hari. Sebagian besar bahan yang digunakan berasal dari kayu balsa dan dilapisi dengan plastik yang sangat tipis. Pembuatnya menamakan sendiri lapisan ciptaanya sebagai Balicote. Bahan bakar sebenarnya dari nitromethane namun dapat pula diracik sendiri.

Pesawat rogging dan berhasil mengudara masih diterbangkan oleh Pak Hari. Setelah pesawat cukup tinggi dan aman dikendalikan bagi pemula, barulah saya diperkenankan untuk memegang kemudi RC. Saya berhasil menerbangkan pesawat cukup tinggi dan berputar ke kiri dan kekanan dengan instruktur langsung dari Pak Hari. Pada saat pertama saya pegang RC ternyata perasaan gugup menyertai saya. Tapi saya coba tetap tenang mengendalikan pesawat dan mendengarkan intruksi langsung sang instruktur.

Setelah beberapa menit terbang tinggi, ternyata kecepatan pesawat pada kendali throttle dan kendali aileron harus saya awasi agar tetap stabil. Misalnya setiap kali belok kiri atau kanan, posisi bagian depan fuselage pesawat harus selalu up untuk menghindari stalling. Teorinya memang kedengaran sangat mudah bahkan remeh. Namun bagi dunia aeromodeling teknik ini sangat vital untuk menghindari crash. Tapi apa boleh buat, teknik ini sebenarnya belum terlalu familiar bagi saya.

Pesawat nampak semakin kecil berputar cukup jauh dari saya sehingga jari jempol saya masih sangat kaku mengendalikannya. Entah apa yang saya pikirkan tiba-tiba pesawat stall. Instruktur pun terlambat melakukan penyelamatan dengan mengambil alih kendali RC. Pesawat langsung mencium bumi dan....crash!!!!

Setelah saya evaluasi sendiri, ternyata penyebabnya adalah keterampilan menerbangkan pesawat engine masih sangat minim. Perlu pengayaan materi dan latihan agar terbiasa menerbangkan pesawat ini. Untunglah Pak Hari mengajak saya ke rumahnya untuk diberikan 'training' khusus dengan menggunakan simulator di rumahnya.

Denpasar, 9 Februari 2008

Rabu, 30 Januari 2008

Mengenal Radio Control


Radio Control atau disingkat RC merupakan pemacar atau transmitter pengendali yang dipegang pilot di darat. Fungsinya begitu vital karena pesawat bisa dikendalikan melalui alat ini. Hal ini tentunya pesawat juga harus dilengkapi dengan alat penerima atau receiver agar pilot dan pesawat dapat 'berkomunikasi'. Wah...ternyata pengendalinya juga disebut 'pilot' meskipun tidak ikut terbang. Unik juga ya...?

Lagi-lagi saya harus berterimakasih kepada Om Darwin dari Grage Aeromodeling karena saya mengutip gambar transmitter yang pernah diulas di forum Grage. OK, lanjut... Sebenarnya jenis transmitter yang lazim digunakan dalam dunia aeromodelling terbagi tiga yakni model pertama yang populer di Eropa, model kedua populer di Amerika, dan model ketiga populer di Asia.

Gambar di atas merupakan model transmitter yang populer di Asia. Terdapat dua stik yaitu pada bagian kiri dan kanan. Stik kiri adalah throttle jika di digeser ke depan maka kecepatan pesawat akan bertambah. Sebaliknya, jika digeser kebelakang kecepatan laju pesawat akan berkurang. Jika stik digeser ke kiri atau ke kanan aileron maka pesawat akan berguling di udara.

Nah, untuk stik sebelah kanan atau stik elevator apabila digeser ke depan maka pesawat akan turun sebaliknya apabila digeser ke belakang maka pesaat akan naik. Selanjutnya stik rudder apabila stik digeser ke sebalah kiri maka pesawat akan belok ke kiri dan jika digeser ke kanan maka pesawat akan belok kanan. Nah, kira-kira sudah ada bayangan mengenai RC pesawat? Gampang khan..?

Denpasar, 30 Januari 2008