andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Kamis, 20 Desember 2007

Penerbangan Pertama WD


Gemetaran campur deg-degan rasanya pada saat saya pertama kali menerbangkan pesawat WD. Setelah sebelumnya berkuat di pesawat glider tanpa mesin. Bisa dibayangkan kalau penerbangan pertama tersebut tidak didampingi oleh orang yang mahir menjalankan pesawat. Akibatnya penerbangan pesawat dilakukan seperti trial and error. Memang di tempat saya berada tidak ada orang yang mahir menerbangkan pesawat.

Saya coba menerbangkan di Lapangan Merdeka Sengkang, di depannya terdapat mesjid raya Wajo. Lapangannya seukuran lapangan bola dan setiap dua kali setahun digunakan sebagai tempat shalat idul fitri dan idul adha.

Saya ke lapangan hampir magrib. Angin tidak terlalu bertiup. Pesawat saya coba terbangkan dengan cara take off dari tanah. Namun, usaha saya tidak membuahkan hasil. Saya mencoba menerbangkan dengan cara melempar dengan menggunakan tangan. Mesin saya hidupkan maksimal dengan menyetel stik transmitter hingga full ke depan. Pesawat melesat ke depan terbang dengan ketinggian sekitar tujuh meter di atas tanah.

Pesawat belok ke kiri dan beberapa lama kemudian belok ke kanan. Waduh...saya kebingungan mengendalikan pesawat dengan menggunakan stik transmitter. Saya gugup dan diluar kontrol tidak bisa membedakan kontrol untuk menaikkan dan menurunkan pesawat. Pesawat naik, stik untuk menaikkan pesawat saya kurangi hingga pesawat tiba-tiba menukik. Saya tambah lagi gasnya sehingga pesawat kencang lagi. Terbang agak memutat dan menjauh dari saya. Di depan terdapat pohon asam. Pesawat menuju pohon asam dan saya semakin gugup mengendalikannya hingga akhirnya pesawat menabrak pohon asam.

Waduh...hancur pesawat pikir saya. Setelah menghampiri pesawat. Ternyata pesawatnya tidak apa2. Cuma ada lecet kecil pada bagian depan pesawat.

Pesawat bisa terbang lagi. Namun Bunyi azan di Mesjid Raya Wajo sudah menggema. Saya harus pulang rumah sekarang. Besok dilanjutkan lagi menerbangkan pesawat WD.


Sengkang, 20 Desember 2007

Jumat, 23 November 2007

Kelas Pesawat Aeromodeling

Jenis pesawat yang digunakan dalam olahraga aeromodeling beragam. Mulai dari pesawat yang bersayap tetap fixed wing , sayap berputar, dilempar bebas dengan menggunakan tenaga angin, tenaga karet, hingga tenaga mesin. Mesin juga dapat dibedakan menjadi electric power atau tenaga batere dan tenaga mesin yang menggunakan bahan bakar.

Saya akan jelaskan sekilas mengenai klasifikasi pesawat model menurut Federation Aeronatique Internationale. Klasifikasi atau kelas dalam aeromodeling dapat pula dilihat dalam situs resmi Federasi Aerosport Indonesia.

Kelas terbang bebas biasanya dikenal dengan glider. Cara menggunakan yaitu dengan cara melempar pesawat dengan menggunakan tangan. Pesawat ini ada yang menggunakan tenaga karet F1B dan tenaga angin F1A atau Glider A2 dan F1H atau Glider A1. Pesawat Glider A1 dan A2 dibantu terbang dengan menggunakan thermal alam. Dikenal pula kelas chuck glider atau OHLG On Hand Launched Glider yang dikenal sebagai pesawat ekonomis dan berpotensi besar untuk dikembangkan pada semua kalangan utamanya para siswa.

Ada pula jenis pesawat yang menggunakan tali untuk terbang. Pada saat pesawat telah terbang, tali yang digunakan dipegang oleh pilot dan dibiarkan tehubung ke pesawat. Hal ini dimaksudkan agat pesawat tetap terkendali sesuai keinginan pilot di darat. Jenis pesawat ini dikategorikan dalam kelas F2 Control Line. Dalam kelas ini dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu F2A Team Race, F2B Aerobatic, F2C Speed, dan F2D Combat.

Jenis selanjutnya yaitu dengan menggunakan gelombang radio untuk membantu pengendalian pesawat atau lebih dkenal dengan kelas F3 Radio Control. Pesawat dalam kelas ini menggunakan bahan bakar khusus untuk pesawat aeromodeling dan batere. Kelas F3 radio control terdiri atas kelas F2A aerobatic, F3B Soaring Glider, F3C Helicopter, F3D Pylon Racing, F3E Electric Power, F3F Slope Soaring, dan F3G Power Glider.

Aeromodeling juga merupakan olahraga yang tidak semata-mata menggunakan lapangan untuk menerbangkan pesawat. Aeromodeling juga mempunyai cita rasa seni yang tinggi. Hal ini diwujudkan dengan pesawat model dengan menggunakan system skala Scale Model. Pesawat dalam kelas ini tidak bisa diterbangkan karena hanya merupakan model pesawat. Dalam aeromodeling dikategorikan kedalam kelas F4. kelas F4 atau Scale Model dibagi lagi menjadi tiga subkelas yaitu F4A atau Free Flight Scale, F4B CL Flying Scale, dan F4C atau RC Flying Scale.

Kelas terakhir yaitu pesawat yang menggunakan tenaga baterai. Kelas ini dikenal dengan Electric Model atau kelas F5. Kelas ini dibagi menjadi empat jenis yaitu F5A untuk arobatik, F5B untuk glider, F5C untuk helicopter, dan F5D untuk Pyon.

Pekanbaru, 23 November 2007

Minggu, 11 November 2007

Lapangan Aeromodeling


Ada beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai tempat latihan olahraga aeromodeling di Watampone. Salah Satunya yaitu stadion olahraga Lapatau yang baru diresmikan dan telah digunakan sebagai tempat berlangsungnya Pekan Olahraga Daerah beberapa bulan yang lalu.

Letak stadion ini di kelurahan Macanang, Watampone. Lokasinya dilewati jika kita akan ke Makassar, namun lokasinya agak masuk dari jalan raya yakni sekitar 450 meter dari jalan Makassar. Lahan di sekitar stadion tersebut umumnya sawah dan berlumpur.

Di dalam stadion merupakan tempat berumput dan dapat digunakan untuk latihan menerbangkan pesawat sejenis Wing Dragon. Saya baru mensurvei lokasinya dan belum membicarakan kepada pengurus stadion. Karena pada hari Sabtu tidak ada jam kantor.

Pada saat saya meninjau lokasi, kebetulan pada bagian luar stadion ini juga digunakan sebagai arena balap motor. Nampak dengan jelas disekeliling stadion ditutup dengan karung plastik putih bekas karung gula.

Sambil menggunakan lapangan yang ada, sebenarnya Watampone prospektif untuk pengembangan olahraga terbang ini. Hal ini karena pemerintah daerah kabupaten Bone telah mendapatkan tempat yang cocok untuk pembangunan bandar udara. Sehingga pada masa yang akan datang, bandar udara dapat dijadikan sebagai tempat resmi latihan aeromodeling. Tentu saja membutuhkan usaha pendekatan dan perkenalan olahraga ini kepada pemerintah daerah dan masyarakat di Bone.


Watampone, 11 November 2007

Minggu, 04 November 2007

Bermain Flight Simulator


Jika masih enggan menerbangkan pesawat di lapangan dengan pertimbangan misalnya belum menguasai teknik menerbangkan pesawat atau menghindari resiko crash yang bakal terjadi. Ada cara yang sangat aman dan ekonomis. Saking amannya, biar 1000 kali pesawat yang diterbangkan jatuh namun pesawatnya sendiri tidak mengalami crash atau cacat sedikitpun.

Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan simulator. Dengan bermodalkan komputer dan stick simulator, kita dapat menerbangkan pesawat dengan berbagai model di komputer tanpa harus khawatir pesawat crash. Simulator yang banyak digunakan yaitu FMS yang tersedia di internet dan dapat diunduh secara gratis. Bahkan kita boleh membuat atau memodifikasi berbagai jenis model pesawat dan lapangan terbang.

Yang harus disediakan adalah stick simulator yang harganya tergolong ekonomis bagi pemula aeromodeling. Stick simulator yang ada di pasaran biasanya dalam model empat channel. Bentuk dan fungsinya mirip dengan stick nyata yang digunakan dalam aeromodeling. Jadi stick ini juga sebenarnya merupakan sarana latihan sebelum terjun ke aeromodeling sesungguhnya.

Model pesawat sangat beragam dan dibuat oleh orang yang mendedikasikan karyanya untuk digunakan secara gratis oleh orang yang membutuhkan. Pesawat fixed wing baik yang bermotor atau free flight dan helicopter. Begitu pula dengan model lapangan terbang dapat diunduh secara gratis. Model lapangan dapat dijumpai dengan berbagai jenis, mulai yang bersalju, suasana senja, suasana pegunungan, lapangan khusus untuk latihan hingga yang berlokasi dalam satu pulau kecil,

Bagaimana jika seandainya stick simulator tidak dijumpai di pasaran? Simulator pesawat sebenarnya masih bisa digunakan dengan menggunakan keyboard komputer. Tetapi hasilnya kurang akurat dan maksimal. Fungsi tombol tanda panah baik atas, bawah, kiri, dan kanan dapat digunakan untuk menerbangkan, menurunkan, belok kiri, dan belok kanan pesawat.

Nah...dengan demikian kita bisa menggunakan software ini dengan bebas di mana saja berada dan tanpa ada rasa was-was akan tindakan pembajakan software. Namun, sekali lagi, disarankan menggunakan stick simulator dibanding dengan menggunakan keyboard komputer. Jadi..., ayo kita terbang!!!



Watampone, 4 November 2007

Minggu, 28 Oktober 2007

Test Flight Glider A1


Setelah tiba di lapangan AtakkaE. Pesawat disiapkan untuk test terbang. Angin bertiup sepoi-sepoi. Pesawat yang akan dicoba terbang sejenis free flight model yaitu Glider A1 dengan wingspan 1400 mm, fuselange length 970 mm, dan berat sekitar 430 gr. Sayap tepi kiri dan kanan saya ikat dengan tali agar lebih kuat dan tidak mudah lepas pada saat terbang.

Tes terbang dimulai, pesawat dilempar ke depan berlawanan dengan arah angin. Pesawat masih menukik. Setelah menyetel stabilo, posisi terbang pesawat sudah agak terangkat. Saya coba sekali lagi, hasilnya pesawat berhasil terbang sebentar dan belok kanan lalu jatuh.

Selanjutnya, saya mencoba menarik dengan menggunakan tali kasur yang dibentangkan kira-kira lima meter. Namun, lagi-lagi angin hanya bertiup sangat lembut. Saya tunggu hingga angin bertiup agak kencang. Namun tak kunjung datang. Haripun sudah semakin sore dan sebentar lagimagrib.

Setengah putus asa saya nekat menarik pesawat dengan tali. Mirip dengan menerbangkan layang-layang. Badan pesawat harus dipegang bersamaan dengan tali ditarik. Jadi membutuhkan dua orang untuk menerbangan pesawat. Rupanya usaha saya sia-sia karena tiupan angina yang sangat lembut.

Sambil menunggu tiupan angin yang agak kencang, saya memandangi pesawat dan mencoba mengingat penyebab pesawat yang masih belum stabil terbangnya. A.ha…!, saya ingat…., rupanya pesawat belum diberikan pemberat pada bagian depannya. Sialnya lagi, saya tidak membawa timah pemberat ke lapangan. Secara keseluruhan tes terbang pada hari itu belum memuaskan.

Sengkang, 28 Oktober 2007

Senin, 10 September 2007

‘Keracunan’ Wing Dragon



Malam mingguan saya sempat bersua via YM dengan Mas Kresna dari Bantaeng dan Mas Yudha dari Medan. Keduanya merupakan teman baru saya dibidang aeromodeling. Alangkah senangnya dapat kenalan baru walaupun belum pernah bersua secara langsung. Chat di YM seperti orang yang kenal sejak lama saja. Padahal saya dan Mas Kresna baru kenalan melalui Grage Komunitas Aeromodeling Nusantara, apalagi dengan Mas Yudha yang baru saya kenal pada saat Mas Kresna mengundang saya untuk bertiga di conference. Mungkin keakraban ini terbentuk dan bersumber dari satu kesenangan yang sama yaitu aeromodeling.

Sebagai orang yang masih ‘hijau’ dalam aeromodeling, saya masih kesulitan mengikuti pembicaraan mereka berdua karena sangat banyak menggunakan istilah teknis pesawat. Maklum, selama ini saya masih berkutat di chuck dan itupun lebih banyak crashnya dibanding happy flyingnya. Artinya masih perlu banyak ke lapangan untuk mendapatkan pengalaman jam terbang. Kalau dihitung-hitung sih..., saya malah lebih banyak `terbang` di dunia maya dibanding dengan terbang di dunia nyata.

Saya yakin Mas Kresna di Bantaeng juga melakukan hobbi ini sendirian karena dunia aeromodeling masih tergolong ‘asing’ di Sulawesi Selatan, apalagi di daerah yang jauh dari Makassar seperti di Bantaeng terlebih lagi di tempat saya Watampone. Sehingga `komunitas` yang ada di daerah tersebut, personil klub mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, sampai kepada anggota bisa jadi diisi oleh satu orang saja.

Tetapi walaupun cuma satu orang, kalau duduk sendirian di depan monitor saya bisa bertemu dengan banyak teman sehobbi. Jika lagi tidak kemana-mana di dalam kamar, saya melanglang buana ke mana-mana menembus batas kamar untuk bersua maya dengan para pilot. Ah…hobi aeromodeling sangat unik..! Bisa dilapangan, bisa di kamar. Bisa terbang bersama, bisa `terbang sendiri`, bahkan bisa `mendarat sendiri`. Nah...kalau terlalu banyak menyendiri di depan monitor dalam kamar, yang pusingnya nanti pada saat setiap tanggal lima awal bulan. Itu..tuh, kewajiban di kantor telkom!

Eh…saya sempat `teracuni` oleh mas-mas tadi. Mereka menyarankan agar saya mencoba menggunakan pesawat Wing Dragon yang ekonomis dan cocok buat yang masih `ijo`. Dengan segala pengalaman mereka tumpahkan dan saya simak di conference, bahkan sampai berkali-kali mereka menggunakan WD dengan pengalaman yang mengesankan, saya jadi terkesan untuk mengcoba menggunakan WD. Racunnya masuk merasuki pikiran dan sebagai tindak lanjut saya membuka google mencari info tentang WD. Wah…gambarnya aja memang menarik apalagi harganya. Bahkan ada yang saya dapatkan dijual sangat murah sekitar 550 ribu rupiah.

Masalahnya sekarang yaitu di Makassar belum tersedia toko khusus aeromodeling sehingga jika dipesan dari luar Sulawesi kemungkinan ada `crash` pada saat proses pengiriman. Sehingga pada saat barangya sampai ditujuan, sipenerima harus melakukan perbaikan. Ini yang terjadi pada saya, pada saat mengorder Glider A1 dari Bandung, pada saat sampai di tempat saya, terdapat beberapa sobekan di bagian sayap pada saat pengiriman. Meskipun sebenarnya menurut info Mas Kresna, sudah ada toko mainan yang menjual pesawat di Makassar. Namun harganya masih mahal-mahal. Mumpung masih sendiri menjualnya kali yah…?
Watampone, 10 September 2007

Minggu, 02 September 2007

Single Fighter Aeromodeling


Saya baru menggeluti hobbi ini sejak awal Agustus 2007. Keadaan di sekitar saya belum terlalu mendukung untuk pengembangan dunia aeromodeling. Tempat saya sangat jauh dari hingar bingar dunia aeromodeling, jauh dari komunitas atau klub aeromodeling. Jika saya sekadar ingin melihat teman-teman latihan menerbangkan pesawat, jarak yang harus saya tempuh lumayan jauh. Harus menempuh jarak 187 kilometer dari Watampone ke Makassar. Klub yang ada di Sulawesi Selatan yang saya ketahui hanya yang ada di Makassar meskipun tempat latihannya sebenarnya sudah berada di wilayah Kabupaten Maros yang letaknya memang berbatasan langsung.

Lain halnya dengan teman-teman yang ada di Jawa seperti di Jakarta, Bandung, Banten, Jogjakarta, dan Surabaya. Mereka dapat dengan leluasa menggunakan berbagai jenis pesawat, baik jenis free flight maupun yang menggunakan Radio Control. Ditambah lagi support dari klub dan ketersediaan stok berbagai jenis pesawat beserta spare part di toko-toko khusus aeromodeling.

Saya tidak bermaksud melakukan perbandingan spasial dengan tempat rekan-rekan yang dukungan infrastrukturnya duluan maju karena saya yakin akan tidak membawa manfaat yang berarti bagi kami. Lantas, yang perlu dipikirkan ke depan adalah pengembangan aeromodeling kedepan khususnya di tempat saya. Memang kedala tetap ada misalnya sebagian masyarakat masih menganggap bahwa olah raga ini masih mahal, belum adanya toko khusus aeromodeling, klub sangat jauh, dan pengetahuan merakit dan menerbangkan pesawat aeromodeling masih sangat minim.

Berbagai kendala tersebut sebenarnya dapat diselesaikan secara bertahap dan akan menghabiskan waktu yang tidak singkat. Untuk pengembangan awal dapat dimulai dengan memperkenalkan pesawat jenis chuck glider atau OHLG kepada masyarakat kemudian berangsur-angsur ke jenis pesawat yang menggunakan RC. Hal ini, akan menghapus pencitraan bahwa aeromodeling merupakan olah raga mahal karena harga jenis pesawat tadi relatif terjangkau di kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum.

Pada saat sekarang sudah satu chuck glider saya yang crash. Tercatat telah mengalami dua kali patah badan pesawat saat melakukan penerbangan. Bisa dibayangkan jika chuck glider saja mengalami patah apalagi jenis RC helikopter atau fixed wing bermotor lainnya dan harus memesan khusus spart part di pulau Jawa. Nah, kalau terjadi hal seperti ini tentunya akan semakin membuat saya panik atau tambah bingung karena tidak ada teman curah pendapat atau pengalaman. Maklum, inilah konsekuensi terberat jika menjadi penggiat aeromodeling sebagai single fighter di tempat yang sangat jauh dari komunitas aeromodeling.

Waktu luang yang tersedia seharusnya digunakan untuk latihan menerbangkan pesawat. Namun yang saya alami justru lebih banyak duduk di depan monitor komputer main simulator dan menelusuri berita yang berkaitan dengan dunia aeromodeling 
Aeromodeling tidak harus melulu terbang..khan...?
Watampone, 1 September 2007