andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Senin, 10 September 2007

‘Keracunan’ Wing Dragon



Malam mingguan saya sempat bersua via YM dengan Mas Kresna dari Bantaeng dan Mas Yudha dari Medan. Keduanya merupakan teman baru saya dibidang aeromodeling. Alangkah senangnya dapat kenalan baru walaupun belum pernah bersua secara langsung. Chat di YM seperti orang yang kenal sejak lama saja. Padahal saya dan Mas Kresna baru kenalan melalui Grage Komunitas Aeromodeling Nusantara, apalagi dengan Mas Yudha yang baru saya kenal pada saat Mas Kresna mengundang saya untuk bertiga di conference. Mungkin keakraban ini terbentuk dan bersumber dari satu kesenangan yang sama yaitu aeromodeling.

Sebagai orang yang masih ‘hijau’ dalam aeromodeling, saya masih kesulitan mengikuti pembicaraan mereka berdua karena sangat banyak menggunakan istilah teknis pesawat. Maklum, selama ini saya masih berkutat di chuck dan itupun lebih banyak crashnya dibanding happy flyingnya. Artinya masih perlu banyak ke lapangan untuk mendapatkan pengalaman jam terbang. Kalau dihitung-hitung sih..., saya malah lebih banyak `terbang` di dunia maya dibanding dengan terbang di dunia nyata.

Saya yakin Mas Kresna di Bantaeng juga melakukan hobbi ini sendirian karena dunia aeromodeling masih tergolong ‘asing’ di Sulawesi Selatan, apalagi di daerah yang jauh dari Makassar seperti di Bantaeng terlebih lagi di tempat saya Watampone. Sehingga `komunitas` yang ada di daerah tersebut, personil klub mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, sampai kepada anggota bisa jadi diisi oleh satu orang saja.

Tetapi walaupun cuma satu orang, kalau duduk sendirian di depan monitor saya bisa bertemu dengan banyak teman sehobbi. Jika lagi tidak kemana-mana di dalam kamar, saya melanglang buana ke mana-mana menembus batas kamar untuk bersua maya dengan para pilot. Ah…hobi aeromodeling sangat unik..! Bisa dilapangan, bisa di kamar. Bisa terbang bersama, bisa `terbang sendiri`, bahkan bisa `mendarat sendiri`. Nah...kalau terlalu banyak menyendiri di depan monitor dalam kamar, yang pusingnya nanti pada saat setiap tanggal lima awal bulan. Itu..tuh, kewajiban di kantor telkom!

Eh…saya sempat `teracuni` oleh mas-mas tadi. Mereka menyarankan agar saya mencoba menggunakan pesawat Wing Dragon yang ekonomis dan cocok buat yang masih `ijo`. Dengan segala pengalaman mereka tumpahkan dan saya simak di conference, bahkan sampai berkali-kali mereka menggunakan WD dengan pengalaman yang mengesankan, saya jadi terkesan untuk mengcoba menggunakan WD. Racunnya masuk merasuki pikiran dan sebagai tindak lanjut saya membuka google mencari info tentang WD. Wah…gambarnya aja memang menarik apalagi harganya. Bahkan ada yang saya dapatkan dijual sangat murah sekitar 550 ribu rupiah.

Masalahnya sekarang yaitu di Makassar belum tersedia toko khusus aeromodeling sehingga jika dipesan dari luar Sulawesi kemungkinan ada `crash` pada saat proses pengiriman. Sehingga pada saat barangya sampai ditujuan, sipenerima harus melakukan perbaikan. Ini yang terjadi pada saya, pada saat mengorder Glider A1 dari Bandung, pada saat sampai di tempat saya, terdapat beberapa sobekan di bagian sayap pada saat pengiriman. Meskipun sebenarnya menurut info Mas Kresna, sudah ada toko mainan yang menjual pesawat di Makassar. Namun harganya masih mahal-mahal. Mumpung masih sendiri menjualnya kali yah…?
Watampone, 10 September 2007

Minggu, 02 September 2007

Single Fighter Aeromodeling


Saya baru menggeluti hobbi ini sejak awal Agustus 2007. Keadaan di sekitar saya belum terlalu mendukung untuk pengembangan dunia aeromodeling. Tempat saya sangat jauh dari hingar bingar dunia aeromodeling, jauh dari komunitas atau klub aeromodeling. Jika saya sekadar ingin melihat teman-teman latihan menerbangkan pesawat, jarak yang harus saya tempuh lumayan jauh. Harus menempuh jarak 187 kilometer dari Watampone ke Makassar. Klub yang ada di Sulawesi Selatan yang saya ketahui hanya yang ada di Makassar meskipun tempat latihannya sebenarnya sudah berada di wilayah Kabupaten Maros yang letaknya memang berbatasan langsung.

Lain halnya dengan teman-teman yang ada di Jawa seperti di Jakarta, Bandung, Banten, Jogjakarta, dan Surabaya. Mereka dapat dengan leluasa menggunakan berbagai jenis pesawat, baik jenis free flight maupun yang menggunakan Radio Control. Ditambah lagi support dari klub dan ketersediaan stok berbagai jenis pesawat beserta spare part di toko-toko khusus aeromodeling.

Saya tidak bermaksud melakukan perbandingan spasial dengan tempat rekan-rekan yang dukungan infrastrukturnya duluan maju karena saya yakin akan tidak membawa manfaat yang berarti bagi kami. Lantas, yang perlu dipikirkan ke depan adalah pengembangan aeromodeling kedepan khususnya di tempat saya. Memang kedala tetap ada misalnya sebagian masyarakat masih menganggap bahwa olah raga ini masih mahal, belum adanya toko khusus aeromodeling, klub sangat jauh, dan pengetahuan merakit dan menerbangkan pesawat aeromodeling masih sangat minim.

Berbagai kendala tersebut sebenarnya dapat diselesaikan secara bertahap dan akan menghabiskan waktu yang tidak singkat. Untuk pengembangan awal dapat dimulai dengan memperkenalkan pesawat jenis chuck glider atau OHLG kepada masyarakat kemudian berangsur-angsur ke jenis pesawat yang menggunakan RC. Hal ini, akan menghapus pencitraan bahwa aeromodeling merupakan olah raga mahal karena harga jenis pesawat tadi relatif terjangkau di kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum.

Pada saat sekarang sudah satu chuck glider saya yang crash. Tercatat telah mengalami dua kali patah badan pesawat saat melakukan penerbangan. Bisa dibayangkan jika chuck glider saja mengalami patah apalagi jenis RC helikopter atau fixed wing bermotor lainnya dan harus memesan khusus spart part di pulau Jawa. Nah, kalau terjadi hal seperti ini tentunya akan semakin membuat saya panik atau tambah bingung karena tidak ada teman curah pendapat atau pengalaman. Maklum, inilah konsekuensi terberat jika menjadi penggiat aeromodeling sebagai single fighter di tempat yang sangat jauh dari komunitas aeromodeling.

Waktu luang yang tersedia seharusnya digunakan untuk latihan menerbangkan pesawat. Namun yang saya alami justru lebih banyak duduk di depan monitor komputer main simulator dan menelusuri berita yang berkaitan dengan dunia aeromodeling 
Aeromodeling tidak harus melulu terbang..khan...?
Watampone, 1 September 2007