andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Senin, 18 Februari 2008

Wisata Aeromodeller


Hari Minggu kemarin 17 Feb 08, rencananya akan terbang tandem di Pulau Serangan, Denpasar Bali. Maksudnya yang ditandem adalah Transmitternya. Alat yang dipakai yakni dengan menggunakan dua transmitter. Saya memegang satu transmitter dan transmitter yang satunya dipegang oleh pelatih. Kegunaannya jika yang dilatih kewalahan menerbangkan pesawat atau pesawat yang dikendalikan tiba-tiba stall atau kehilangan kendali maka instruktur akan cepat mengambil alih kendali.

Namun angin di Pulau Serangan bertiup agak kencang sehingga mengurungkan niat saya untuk terbang. Hanya pilot yang sudah lama malang melintang di dunia aeromodeling saja yang berani menantang angin.

Saya bertemu dengan Pak Putu Ary, aeromodeller Bali. sebenarnya sudah lama kami menjalin komunikasi dengan beliau melalui forum di internet namun baru kali ini saya berkesempatan berjumpa langsung dengan beliau.

Setelah Putu Ary menerbangkan pesawat Piper Cub dengan kecepatan angin yang lumayan, kami istirahat sejenak. Setelah itu, saya diajak ke workshopnya untuk melihat beberapa pesawat yang sementara dirakit. Beragam pesawat yang ada dalam workshopnya. Umumnya merupakan pesawat model yang ukurannya lebih besar. Kira-kira besarnya seukuran dengan ikan hiu dewasa. Beberapa diantaranya masih dalam kondisi baru dibuka dari bungkusannya. Pesawat elektrik, engine, helikopter, dan yang menyerupai kupu-kupu kerlap-kerlip ada di workshop ini. Beberapa pesawat ukuran kecil yang terbuat dari gabus juga nampak sementara dalam penyelesaian perakitan.

Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Bali tanpa mengunjungi workshop ini khususnya bagi para aeromodeller.

Denpasar, 18 Februari 2008

Sabtu, 09 Februari 2008

Engine Trainer Crash di Pulau Serangan, Bali


Pulau Serangan Bali merupakan tempat yang sangat mengasyikkan untuk olahraga aeromodeling. Meskipun letaknya di pulau namun tempatnya luas dan angin tidak terlalu kencang. Pesawat udara dari dalam dan luar negeri yang akan mendarat di bandara internasional Ngurah Rai sangat jelas dilihat dari tempat ini. Sebagian besar aeromodeller Bali memilih tempat ini untuk latihan terbang bersama. Mereka biaanya terbang pada hari Sabtu dan Minggu, serta jika ada hari libur nasional lainnya.

Saya pertama kali menerbangkang pesawat engine di tempat ini. Sejenis pesawat trainer 40 high wing yang cocok bagi pemula. Mesin menggunakan OS 46 Jepang 2 tak. Pesawatnya dibuat oleh salah seorang maesto aeromodeling Bali, Pak Hari. Sebagian besar bahan yang digunakan berasal dari kayu balsa dan dilapisi dengan plastik yang sangat tipis. Pembuatnya menamakan sendiri lapisan ciptaanya sebagai Balicote. Bahan bakar sebenarnya dari nitromethane namun dapat pula diracik sendiri.

Pesawat rogging dan berhasil mengudara masih diterbangkan oleh Pak Hari. Setelah pesawat cukup tinggi dan aman dikendalikan bagi pemula, barulah saya diperkenankan untuk memegang kemudi RC. Saya berhasil menerbangkan pesawat cukup tinggi dan berputar ke kiri dan kekanan dengan instruktur langsung dari Pak Hari. Pada saat pertama saya pegang RC ternyata perasaan gugup menyertai saya. Tapi saya coba tetap tenang mengendalikan pesawat dan mendengarkan intruksi langsung sang instruktur.

Setelah beberapa menit terbang tinggi, ternyata kecepatan pesawat pada kendali throttle dan kendali aileron harus saya awasi agar tetap stabil. Misalnya setiap kali belok kiri atau kanan, posisi bagian depan fuselage pesawat harus selalu up untuk menghindari stalling. Teorinya memang kedengaran sangat mudah bahkan remeh. Namun bagi dunia aeromodeling teknik ini sangat vital untuk menghindari crash. Tapi apa boleh buat, teknik ini sebenarnya belum terlalu familiar bagi saya.

Pesawat nampak semakin kecil berputar cukup jauh dari saya sehingga jari jempol saya masih sangat kaku mengendalikannya. Entah apa yang saya pikirkan tiba-tiba pesawat stall. Instruktur pun terlambat melakukan penyelamatan dengan mengambil alih kendali RC. Pesawat langsung mencium bumi dan....crash!!!!

Setelah saya evaluasi sendiri, ternyata penyebabnya adalah keterampilan menerbangkan pesawat engine masih sangat minim. Perlu pengayaan materi dan latihan agar terbiasa menerbangkan pesawat ini. Untunglah Pak Hari mengajak saya ke rumahnya untuk diberikan 'training' khusus dengan menggunakan simulator di rumahnya.

Denpasar, 9 Februari 2008