andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Sabtu, 01 November 2008

Membuat Pesawat 3D Ferio


Saya terinspirasi model Ferio dari Hobbytech, pesawat profile 3D yang terbuat dari bahan gabus. Pesawatnya sangat lincah melakukan manuver. Sangat mengasyikkan diterbangkan bagi “intermediate pilot” keatas. Akan tetapi, tidak disarankan bagi pemula.

Sepertinya menarik untuk dibuat sendiri asalkan bahan gabusnya tersedia. Namun, tidak semua toko penjual gabus menyediakan bahan gabus yang ketebalannya sekitar tiga milimeter. Pilihan saya ke tempat khusus yang menyediakan gabus. Saya memilih membuat pesawat ini di workshop Putu Ary di Denpasar. Kebetulan bahan dan peralatan membuat pesawat di workshop ini lumayan lengkap.

Setelah menggambar mengikuti alur pattern yang disediakan oleh Komang, asisten Putu Ary, proses selanjutnya memotong gabus berdasarkan alur pola tadi. Dibutuhkan teknik khusus untuk memotongnya. Jika cara memotongnya kurang tepat maka pinggiran gabus yang dipotong akan rontok. Cutter yang digunakan harus selalu tajam. Jika cutter agak tumpul, dipotong lagi bagian yang terluarnya agar senantiasa tajam dan memotong gabus selalu tepat.

Setelah selesai memotong semua pola yang dibutuhkan, proses selanjutnya menempelkan stiker berwarna agar lebih menarik saat terbang. Jangan lupa memberikan kayu melamin melintang pada bagian sayap agar sayap tidak mudah bengkok. Juga alat lain sehingga pesawatnya bisa terbang seperti baling-baling, ESC (kontrol kecepatan motor), motor listrik tenaga baterei, baterei tiga sel, dan radio penerima. Jika semua alat sudah terpasang, masih membutuhkan pemeriksaan titik seimbang pesawat agar pesawat terbangnya mantap.


Jantung berdebar-debar menunggu pesawat buatan sendiri terbang perdana dan melakukan manuver-manuver menantang. Seperti apakah nanti terbangnya?

Selasa, 07 Oktober 2008

How to Measure the Motor Wattage


What happen if you want to know the wattage of electric motor then you don’t have particular equipment for measuring this stuff? But don’t worry if you have a scale or weighing machine, this stuff can be used measuring the wattage of electric motor. However, this is not intended to measure as accurate as possible. It means that this effort only tries to reach the approximate value of the electric motor wattage.

The first thing that you have to do is to put the electric motor on the scale and please notice the weigh of the electric motor. For example, the electric motor weigh is 42 grams then x 3 = 120 .Hence, the wattage of the electric motor is approximately 120 watt. If you supply the electric motor more than 120 watt, the motor will be over heating. You can also use some kind of propeller sizes, even in full throttle. But again, you must consider supplying power not exceed 120 watt limit.

Now, we need to know the current limits that can be used in this motor. If you use 11,1 volt of battery it means that battery loading or electrical power is about 10 volt. The wattage of motor is divided to battery loading. Its result is the motor’s electrical current limits. The formula is 120w/10v = 12 amp. Therefore, the current limit that can be used in this motor is 12 ampere. This is the simplest way to measure and to know the limit of the wattage and electrical current in the electric motor.

Senin, 22 September 2008

Terbang Perdana di Bandara Udara Bone

Meskipun belum sepenuhnya selesai dibangun, namun saya telah melakukan ‘penerbangan’ perdana di tempat ini. Mendahului pesawat terbang sebenarnya. Saya mendapatkan bantuan oleh Om Hengki alias Khaeruddin Kiramang untuk pengambilan gambar. Terima kasih Om.



Saat memasuki lokasi, alas kaki harus ditanggalkan karena kita harus melewati tanggul kecil yang berair dan berlumpur dari arah jalan raya. Saat penerbangan dilakukan, kami bertemu dengan petugas yang mengawasi pembangunan bandara. Seragamnya lengkap namun minus alas kaki.



Saya melakukan penerbangan fantastis dengan menggunakan pesawat Wing Dragon (WD) di lokasi pembangunan Bandara Udara Bone. Letaknya di Awampone sekitar sembilan kilometer dari pusat kota Watampone. Bandara ini masih dalam tahap penyelesaian, belum ada pengerasan runway. Panjangnya sekitar 1400 meter.

Penerbangan pertama pada hari Minggu pagi sekitar pukul enam lewat dan dilanjutkan pada sore harinya sekitar pukul 4.30. Terbangnya masing-masing menempuh waktu 11 menit dengan menggunakan batere Ni-MH 1000 mAh tujuh sel bawaan WD. Oleh karena runway masih empuk dan landing gear WD tertimbun tanah maka pesawat diterbangkan dengan hand launched.






Walaupun waktu terbangnya singkat namun saya merasakan sangat puas karena saya merasa leluasa melakukan manuver yang hanya mengandalkan rudder dan elevator. Manuver sangat sederhana yakni naik, turun, belok kiri, kanan, dan sekali-kali membentuk konfigurasi angka 6. Lain halnya saat menerbangkan WD di Stadiun La Patau. Saya selalu ekstra hati-hati untuk menghindari pesawat nyangkut di atas atap tribun stadiun. Apalagi angin selalu menghembus dan membawa pesawat mendekati atap tribun.





Pesawat terbangnya sangat stabil, padahal elevatornya telah saya ganti dengan menggunakan plastik impraboard 3 mm. Angin menghembus sepoi-sepoi dan tidak terlalu mempengaruhi arah terbangnya pesawat. Stik throttle hanya pada posisi setengah dan sekali-kali pada posisi zero untuk melihat pesawat gliding. Akhirnya WD mendarat dengan mulus. Penerbangan perdana ini betul-betul memuaskan dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Rabu, 27 Agustus 2008

Gatsu Aero Workshop



The wind has blown hard in the last two months in Serangan Island, Bali. Some aeromodellers were not eager to fly their small scale aircraft. At least two aircrafts crashed a couple weeks ago in this island caused by the wind. Consequently, I decided to ‘ground’ my ‘little plane’ to avoid the crash and tried to find another side of aeromodelling activity.



I went to visit Gatsu Model, one of aeromodelling workshops in Denpasar. It takes approximately twenty minutes from my place in Sesetan, the southern part of Denpasar. It was not hard to find it as its location is easy to reach by vehicle. The workshop room is not separated from the owner’ house. This made him easier to manage and work in it all the time.

I saw a classic model aircraft in the workshop. It was nice looking and it seemed that this aircraft model was inspired from World War I. Its fuselage and wings were yellow. It needed four servos in rudder, aileron, elevator, and throttle. It also required four-stroke engine. Hari, the owner, has spent two weeks making this wonderful aircraft.

Denpasar, August 27, 2008

Senin, 11 Agustus 2008

Went to Serangan again



I went to Serangan Island, Bali again after several days break. There were some ‘pilots’ still flying their small scale aircrafts such as helicopter and the fixed wing. Actually, the wind blew very strongly in this island and almost all parts of Bali. It seemed that only kites could be flown nicely.

As the beginner in aeromodelling, I worried about flying the small scale aircraft with strong wind. It needed a particular skill to handle the remote control in order to make the aircraft stable and safe on the air.



One of the scale model flew above Serangan successfully. It was about 20 to 50 meters high above the sea level. It maneuvered to the right and left very fast. It also made rolling and looping maneuver. Nice looking aircraft.

Denpasar, August 11, 2008

Sabtu, 05 Juli 2008

Flying in Merdeka Square Watampone

I was late posting my nice flying in Merdeka Square Watampone. It was caused by my plenty of duties that should be done. I flew at the end of June.
This square is located in the middle of the city but it is not quite wide to fly a small scale aircraft. Each side has densed tree plants that can make difficulties in maneuvering the "foamy" aircraft.
I tried to rogging first and it looked successful.



The foamy flew smoothly. I had to be careful because the square was too small for the foamy and the risk would happen easily. I made manoeuvrings as number zero and eight. I also made rolling maneuver. It took approximately 20 minutes flying above the square.



After several times maneuvering I was thinking of the battery. Fortunately, the foamy still had more power to fly longer. However, it seemed hard to slope upward. Therefore,I decided to land the foamy as soon as possible. On the other side, the spectators enjoyed watching at the edge of the square. They looked amazed...



Denpasar, 5 July 2008

Senin, 23 Juni 2008

Flying in Watampone



I’ve been flying “the foamy” for the 7th times in South Celebes. My last flying was in Stadion La Patau Watampone. It was a comfortable place for flying a small scale aircraft especially for park flyer or slow flyer aircrafts. I usually flying it in early morning and in the late afternoon. The wind always blew smoothly, hence I’ve got a good chance flying it.



However, It was hard to take off from the field because of the grass covered the whole sports ground. “The foamy” could fly by hand launching then fly on the sky nicely. I really enjoyed flying it when I controlled the radio and the aircraft nearly reached me. The aircraft could turn on the left and right or up and down above the stadium easily.




On the other hand, I noticed that this ‘aircraft’ had get trouble on its electric engine three times. The first problem happened when I was flying it for the first time. The aircraft crashed landing in banana’s plant. Fortunately, the fuselage and wingspan were OK but the electric engine had gotten big trouble in its bolt position. I tried to fix it by changing the bold position. It looked work well afterward I felt satisfied after ‘the foamy’ flying again smoothly. The second problem, two bolts in the electric engine were missing when the aircraft was flying but I substitute with similar ones. Finally, the wire in electric engine was broken. I tried to fix by reconnect the broken wire again. I checked to make sure that it worked. I felt satisfied because "the foamy" could fly nicely again.

Watampone, June 23 2008

Rabu, 18 Juni 2008

Goes to Celebes



After having fun fly in Serangan Island, Bali I think its time to go to Sengkang and Watampone, Celebes. I will spend my leisure time for two weeks in Celebes then back again to Denpasar for my duty. It seems that I will be "a single fighter" again for short time period. I will fly alone and fix "the aircraft" problems, too. This is a lonely aeromodeller consequence, it just looks like a terrible fate.

I prepared "the foamy" in the night before leaving. I wrapped it with used newspaper. It took approximately 15 minutes did it. I hoped that there nothing something wrong would happen on its journey. When I was going to the airport, I felt nervous because my plane would leave 10.55 a.m. I only had 10 minutes to reach my plane. I felt I was crazy in the airport.



Fortunately, I could fly as the latest passenger. I took "the foamy" to the baggage but it didn't fit. A stewardess sang a song in bahasa while she was looking at me and "the foamy". A children song about flying with airplane. I put "the foamy" at the back passenger chair but it should have taken risk. The stewardess suggested me to put "the foamy" in the special wardrobe near my chair. Finally, my aircraft with my "aircraft" landing in Hasanuddin International Airport Makassar. Happy flying...


Watampone, June 18 2008.

Senin, 09 Juni 2008

Aero for All Ages



He seemed lost something in his eldery age. However, his feeling still younger than his real age of 60's. His friends and relatives usually called him as Om Leo. He has a high spirit playing aeromodelling. Om Leo has forgotten some aero techniques and aircraft maneuvers on the air so he just saw Pak Hari flying his electric glider. Om Leo has been absent for about 15 years in aeromodelling. That's why he asked some questions about aeromodelling to Pak Hari,who has been a Bali aeromodeling creator, enthusiastically.



Aeromodeling doesn't belong to certain age but also it can be done by all level of ages. Not only children can enjoy it but also adult or even grandfather. Someone get satisfaction on this hobby when his aircraft airborned and the 'pilot' could drive his aircraft as he like. The 'pilot' can make manoeuvrings, rolls, or other aero techniques. However, it can become terrible thing when the aircraft crashed. The problem had arisen since some people justified that this hobby is still expensive. That is slightly true because some aircraft materials such as fuel, receiver, radio, servo, and engines are expensive. Moreover, these materials were imported from Japan Europe, and America. In contrast, there also inexpensive ones depend on the quality of aircraft materials. Generally, the cheapest ones were imported from China.

May be if some one who want to try this hobby it is wisely to think that the enjoyments doing aero is the most valuable rather than thinking about the price.

Denpasar, June 9, 2008

Selasa, 03 Juni 2008

My Handmade Foamy Aircraft




This is my first handmade small scale aircraft. It made of polyfoam which has light in weight and easy to be cut. It has 100 cm wingspan long, 80 cm fuselage, and only 440 grams weight. This aircraft powered by Tower Pro Brushless motor with 2 cells battery. I also put the Electronic Speed Control 18 ampere to control propeller rapidity.




The first flying was in Serangan Island, Bali. My small scale aircraft seemed flying easily because the wind blew softly. I tried to airborne and turned it on the left and right successfully. However, I need to learn more how to roll the aircraft in order to do other maneuvers. It took approximately 15 minutes flew over the sky. I really enjoyed flying it.


My transmitter was 7 channels but I only used three cannels; throttle, elevator, and aileron. The receiver mode was only PPM so I shouldn’t have flown the aircraft far away from me. Nevertheless, I flew it about 400 meters away from me. The PPM receiver wasn’t able to receive signals from my transmitter. The aircraft lost of control and felt down into the lagoon side.


Denpasar, June 3 2008




Rabu, 21 Mei 2008

Reciever Aeromodeling


Fungsi reciever dalam pesawat aeromodeling yaitu untuk menerima sinyal yang dipancarkan oleh transmitter atau radio control yang dikendalikan oleh 'pilot' di darat. Seorang 'pilot' aeromodeling harus menggunakan frekuensi yang berbeda dengan 'pilot' lain apabila bersamaan latihan dalam satu tempat. Hal ini untuk menghindari interferensi atau 'tabrakan' frekuensi sehingga bisa mengakibatkan pesawat hilang kendali.

Kristal digunakan untuk menentukan frekuensi sehingga 'pilot' merasa aman dan range frekuensi menjadi jelas. Kristal dipasang pada reciever dan transmitter dengan nilai frekuensi yang sama agar radio penerima dapat membaca keinginan 'pilot' dan pemancar di darat.

Reciever mempunyai chanel yang beragam misalnya 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 14. Biasanya band reciever (berlaku pula pada transmitter) terdiri atas dua band yakni low band dan high band. Misalnya pada reciever 4 chanel low band 72 Mhz mempunyai channel dengan angka 16 sampai 35, sedangkan untuk high band pada chanel 36 sampai 60.

Dikenal pula istilah PPM (Pulse Code Modulation) dan PCM (Pulse Position Modulation). Perbedaan ini terletak pada jenis gelombang modulasi atau informasi yang dipancarkan dan diterima. Diantara kedua jenis tersebut, yang lebih terjamin digunakan yaitu PCM. Untuk jenis PPM lebih rentan terhadap interferensi gelombang radio pada HP.

Denpasar, 21 Mei 2008

Selasa, 13 Mei 2008

Auto Pilot Pesawat Aeromodeling


Auto pilot bukan hanya dikenal dalam dunia penerbangan 'nyata', namun ternyata digunakan juga dalam dunia aeromodeling. Ketenaran alat ini mungkin tidak sebeken dengan komponen aeromodeling lainnya misalnya engine, propeller, dan servo. Alhasil, belum banyak aeromodeller mengetahui bahkan menggunakan alat ini.

Dari namanya saja kita bisa perkirankan fungsi alat ini. Fungsinya sama dengan namanya. Mengendalikan pesawat dengan otomatis. Namun tidak berarti bahwa 100% tanpa campur tangan 'pilot' pemegang remote control. Sang 'pilot' tetap dibutuhkan untuk proses take off dan landing.

Sepengetahuan penulis (maaf kalo masih keliru), berdasarkan jenis sensor yang digunakan auto pilot aeromodeling terdiri atas dua tipe. Jenis pertama menggunakan sensor cahaya. Jenis kedua yakni dengan mengandalkan temperatur. Bentuknya berupa kotak kecil sehingga praktis ditempel pada bagian bawah fuselage. Setiap sudut masing-masing dilengkapi dengan sebuah sensor. Terdapat sebuah alat lagi yang disambungkan dari sensor melalui empat buah kabel. Alat ini ditempatkan dalam fuselage yang selanjutnya dihubungkan dengan servo aileron dan elevator.

Prinsip kerjanya, jika pesawat belok kiri atau kanan dan stik elevator pada transmitter atau radio control dilepaskan, dengan segera auto pilot akan mengoreksi posisi pesawat pada posisi level atau stabil. Begitu pula dengan proses kerja pada elevator. Jadi alat ini bisa mencegah pesawat stall karena pada saat 'pilot' mengalami kesalahan kecil atau lengah yang berpotensi pesawat stall dan crash maka auto pilot dengan segera memposisikan pesawat stabil.

Tidak ada salahnya para pemula aeromodeling mencoba alat yang satu ini...

Denpasar, 13 Mei 2008

Sabtu, 03 Mei 2008

Runway Pulau Serangan dan Parasailing


Berhubung lapangan di Pulau Serangan masuk wilayah proyek penghijauan maka latihan aeromodeling turut mengalami dampaknya. Lapangan yang dulunya luas untuk take off dan landing kini telah menjadi semakin sempit karena menjadi tempat ditanamnya pohon penghijauan.
Banyak gundukan tanah bekas galian untuk ditanami pohon bertebaran sepanjang runway.

Rupanya aeromodeler di Bali terpaksa harus mencari lahan baru untuk latihan. Sebenarnya runway di Pulau Serangan masih bisa digunakan untuk latihan namun butuh keahlian khusus untuk menerbangkan dan mendaratkan pesawat karena runway telah tergusur dan sangat sempit. Jika tidak tepat betul mengendalikan pesawat untuk landing, bisa-bisa menabrak warung-warung di sampingnya yang merangkap sebagai shelter.

Masalahnya yaitu jika pilotnya masih pemula tentunya butuh bantuan untuk mendaratkan pesawat atau jangan-jangan jika menerbangkan sendiri akan menambah daftar crash pesawat.
Nah....dari pada berisikio terbang lalu crash lebih baik lupakan dulu untuk sejenak lapangan di Pulau Serangan.

Saya coba 'terbang beneran' dengan menggunakan parasut yang ditarik oleh speedboat atau parasailing (maaf kalau istilahnya keliru). Speedboat telah menyalakan mesin, bergerak pelan-pelan lalu kencang dan waktunya untuk terbang. Berlari sedikit lalu parasutnya sudah melambung ke angkasa. Dahsyat rasanya jika sudah berada diketinggian. Saat akan mendarat laju speedboat dikurangi dan parasut diarahkan menuju daratan. Setelah parasut berada di bibir pantai, saya menarik tali di atas kepala saya agar parasutnya dapat dikendalikan belok kanan menuju daratan. Parasut perlahan-lahan turun dan saya mendarat dengan selamat.....

Denpasar, 3 Mei 2008

Sabtu, 26 April 2008

Latihan Sabtu pagi di Serangan


Sabtu ini kami cuma berempat latihan terbang di Pulau Serangan, Bali. Sekitar jam tujuh pagi Pak Hari sudah duluan sampai dan menerbangkan glidernya. Usia glidernya sudah delapan tahun namun pesawatnya masih kelihatan kokoh dan terbangnya masih lincah dikendalikan mencari-cari termal. Maklum pesawat aslinya hanya menggunakan tali untuk ditarik lalu terbang. Namun, ia telah memodifikasi dengan menambahkan propreller dan mesin elektrik brushless dengan menggunakan tenaga baterai.

Saya menyusul datang ke lapangan melihat sebentar glidernya Pak Hari diterbangkan. Saya langsung mempersiapkan pesawat saya cek servo, radio, dan mengisi bahan bakar. setelah semuanya beres lalu penerbangan dilakukan masih dengan tandem radio. Maklum minggu kemarin saya masih belum lancar menerbangkan pesawat meskipun sudah ditandem.

Pak Gatot tiba di lapangan setelah saya persiapkan pesawat untuk terbang. Setelah mengeluarkan pesawatnya dari bagasi ia langsung mengisi bahan bakar dan langsung menyalakan engine. Dengan segera, pesawat Pak Gatot langsung meluncur terbang dan berputar-putar di udara sebentar. Setelah mendaratkan pesawatnya dengan mulus ia beristirahat sebentar.

Nah....kini giliran saya terbang. Pak Hari yang mengantar pesawat take off, setelah berada pada ketinggian barulah saya diperkenankan mengendalikan. Baru kali ini saya merasakan mengendalikan pesawat dengan jempol saya. Setelah puas melakukan manuver sederhana di udara , bahan bakar pesawat semakin berkurang. Akhirnya diputuskan untuk mendaratkan pesawat. Untung pada saat pesawat hampir menyentuh tanah untuk mendarat engine berhenti sehingga tidak pendaratan dapat dilakukan dengan aman.

Setelah istirahat sejenak, Kadek datang dengan helikopter engine. Beberapa menit melakukan persiapan terbang, sang heli pun diterbangkan dengan manuver yang sangat cepat.Setelah helikopter mendarat, session penerbangan kedua saya persiapkan lagi dengan menambah fuel dan mengganti baterei reciever. Untuk mengantisipasi agar penerbangan tetap aman, lagi-lagi take off pesawat ditangani oleh Pak Hari dan setaelah pesawat berada pada ketinggian yang aman barulah giliran saya mengendalikan pesawat. Namun, matahari di Pulau Serangan makin terik dan panasnya semakin menyengat. Bagian kedua penerbangan saya segera diakhiri, dan...pesawatpun mendarat dengan selamat!!!

Denpasar, 26 April 2008

Minggu, 13 April 2008

Tandem Terbang via Transmitter


Hari Sabtu kemarin saya mencoba terbang tandem bersama dengan trainer Pak Hari di Pulau Serangan Bali. Maksudnya yang ditandem adalah transmitter atau yang lebih dikenal dengan TX. Pesawatnya masih menggunakan tipe sejenis trainer 40 dengan engine OS 46 Jepang. Pesawat, mesin, dan semua jeroanya masih fresh sehingga kemarin merupakan penerbangan perdana sekaligus tandem perdana.

Tx atau istilah lainnya lagi yakni pemancar yang digunakan dua buah. Tx master buat trainer dan Tx yang satunya buat trainee. Pada Tx master menggunakan sejenis saklar untuk mengalihkan kendali pada trainer ketika trainee dalam kesulitan sewaktu pesawat sudah berada di angkasa. Kedua Tx ini saling berhubungan dengan menggunkan kabel khusus yang dicolokkan pada bagian belakang Tx.

Pada saat pesawat take off dikendalikan oleh sang trainer. Setelah pesawat sudah berada pada ketinggian yang cukup barulah trainer mempersilakan saya untuk mengendalikan Tx trainee. Pesawat berputar-putar ke kiri kemudian lurus, dan belok kiri lagi. Begitu seterusnya hingga saya merasa sudah agak lancar dan saya coba balikkan haluan ke arah kanan. Tiba-tiba saya disorientasi dan pesawat sudah stall di ketinggian. Untunglah pada saat krisis seperti ini, trainer langsung mengaktifkan TXnya dengan menekan saklar. Pesawtpun selamat dari crash karena dikendalikan lagi oleh Pak Hari. Setelah posisi pesawat di udara sudah dibetulkan lagi, barulah saya kendalikan lagi.

Latihan selanjutnya yakni belajar take off setelah session terbang pertama usai. Saya mencoba sendiri memasukkan fuel ke dalam mesin dengan menggunakan pompa khusus. Engine dinyalakan dan saya tempakan pesawat di run way. Setelah trainer memberikan saya aba-aba untuk mulai maka saya segera membuka throttle perlahan-lahan hingga penuh.

Selanjutnya....pesawatpun take off dengan pelan dan langsung melayang ke angkasa. Setelah latihan berputar-putar di angkasa saya rasa sudah cukup selanjutnya yaitu mendaratkan pesawat di run way. Pesawat saya turunkan dengan mengurangi throttle secara perlahan-lahan. Pesawat belok kiri perlahan-lahan dan instruktur segera memberikan aba-aba untuk segera cut throttle atau matikan mesin. Setelah belok kiri, saya luruskan kembali arah terbang sehingga pesawat tepat berada di depan saya. Kira-kira 30 cm. pesawat berada di atas run way saya tarik sedikit stik elevator agar moncong pesawat agak naik sehingga memudahkan proses pendaratan. Selanjutnya, pesawatpun mendarat dengan mulus....

Denpasar, 13 April 2008

Jumat, 28 Maret 2008

Transmitter Aeromodeling


Setelah sekian lama menanti, akhirnya transmitter atau ringkasnya diistilahkan TX telah tiba dan niat untuk menggunakannya juga telah terkabul. Perangkat yang satu ini merupakan alat yang vital bagi dunia aeromodeling. Bahkan sebagian besar aeromodeller menganggap sebagai investasi yang sangat berharga dalam hobbi ini.

Biasanya aeromodeller mengunakan satu TX untuk menerbangkan beberapa pesawat model. Hal ini karena dalam pesawat telah dilengkapi dengan radio penerima, reciever atau istilah praktisnya RX yang menerima pancaran gelombang radio dari TX. Asalkan saja frekuensi yang digunakan oleh RX cocok dengan gelombang radio TX. Namun, pilot harus hati-hati dalam menerbangkan pesawatnya agar frekuensi yang digunakan pada saat terbang tidak sama persis dengan pilot lain yang juga terbang bersamaan. Jika terjadi demikian maka frekuensi akan kacau dan pesawat akan mengalami disorientasi yang bisa berkibat pesawat crash.

Frekuensi TX yang tersedia juga mempunyai banyak pilihan sehingga para aeromodeller bisa menerbangkan pesawat beramai-ramai secara aman dengan frekuaensi yang berbeda. Salah satu frekuensi yang sangat umum digunakan yaitu pada kisaran 72 Mhz. Bagaimana jika para pilot memiliki frekuensi yang sama? Sebenarnya frekuensi yang sama masih bisa digunakan dan aman untuk terbang misalnya pada frekuaensi 72,010 Mhz dan 72,030 Mhz. Dua digit pertama sama persis namun tiga digit dibelakngnya yang membedakan range frekuensinya sehingga masuk pada titik yang aman untuk diterbangkan.

Dalam TX juga dikenal sistem channel misalnya TX empat channel, enam channel, tujuh channel, sembilan channel, dan diatas sembilan channel. Sistem ini menunjukkan perbedaan kemampuan pancaran TX untuk pesawat model jenis aeroplane dan helikopter. Untuk aeroplane standar digunakan empat channel. Sistem kendali meliputi rudder, aileron, elevator, dan throttle. Untuk helikopter standar menggunakan enam channel.

Seorang pemula aeromodeller biasanya disarankan memiliki TX enam channel atau tujuh channel dengan asumsi bahwa jika ingin belajar menerbangkan model aeroplane empat channel dan telah mahir menerbangkannya serta apabila ingin mencoba helikopter maka TX tidak perlu diganti, cukup menggunakan satu TX untuk menerbangkan banyak pesawat model.

Depok, 28 Maret 2008

Jumat, 14 Maret 2008

Bahan Bakar Pesawat Engine Aeromodeling


Sudah lama sebenarnya saya ingin berbagi tulisan mengenai bahan bakar pesawat aero dan juga atas desakan salah seorang pembaca blog ini. Namun, rupanya kesempatan dan mood menulis sering menjadi biang kerok untuk dijadikan alasan penundaan.
....
Ternyata beberapa tipe pesawat model bila diterbangkan juga membutuhkan bahan bakar. Sama halnya dengan mesin kendaraan beroda menggunakan BBM agar mesin dapat menghasilkan tenaga gerak. Namun bahan bakar yang digunakan dalam pesawat model jenisnya berbeda dengan kendaraan beroda, sebenarnya pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama didalam mesin.

Pesawat model menggunakan bahan bakar yang disebut dengan Nitromethane dengan rumus kimia CH3NO2 , biasanya lebih gampang jika disebut saja Nitro. Kandungan oksigen dalam Nitro lebih sedikit jika dibandingkan dengan bensin. Sebagai ilustrasi, dibutuhkan 14,6 kg udara untuk membakar satu kilogram bensin. Sebaliknya, untuk Nitro hanya butuh sekitar 1,7 kg udara. Sehingga Nitro menjadi bahan bakar pilihan untuk mesin yang ukurannya lebih kecil daripada mesin kendaraan beroda namun menghasilkan tenaga yang besar seperti pesawat model dan mobil yang menggunakan sistem kendali radio kontrol.

Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang maksimum, biasanya Nitro dicampur dengan unsur lain seperti hydrazine. Oleh karena harga bahan bakar ini tergolong mahal dan hanya bisa dijual di tempat tertentu. Sulit didapatkan di beberapa pulau besar di Indonesia. Undang-undang penerbangan sangat melarang bahan bakar ini dibawa di atas kabin pesawat karena cairan mudah terbakar. Sehingga untuk mendapatkan BBM ini sebaiknya menghubungi Federasi Aero Sport Indonesia atau toko penyedia alat aeromodeling.

Namun penggemar aeromodeling di tanah air tidak kehilangan kreatifitas memikirkan pengganti Nitro. Dengan menggunakan campuran castor oil atau lebih dikenal sebagai minyak jarak dan ditambah dengan methanol maka mesin pesawat sudah siap terbang. Kedua cairan ini dapat dengan mudah diperoleh di apotik atau toko penjual bahan kimia. Tentu saja harganya jauh lebih murah dibanding dengan Nitro. Kualitas pembakaranya pun tidak kalah dengan Nitro. Biasanya digunakan campuran 1 liter minyak jarak banding 5 liter methanol. Racikan ini dapat digunakan sekitar tiga sampai lima jam menerbangkan pesawat. Cukup untuk membuat leher pegal-pegal menengadah ke udara mengendalikan pesawat. Nah... tertarik?. Mari racik sendiri!

Denpasar, 14 Maret 2008

Senin, 18 Februari 2008

Wisata Aeromodeller


Hari Minggu kemarin 17 Feb 08, rencananya akan terbang tandem di Pulau Serangan, Denpasar Bali. Maksudnya yang ditandem adalah Transmitternya. Alat yang dipakai yakni dengan menggunakan dua transmitter. Saya memegang satu transmitter dan transmitter yang satunya dipegang oleh pelatih. Kegunaannya jika yang dilatih kewalahan menerbangkan pesawat atau pesawat yang dikendalikan tiba-tiba stall atau kehilangan kendali maka instruktur akan cepat mengambil alih kendali.

Namun angin di Pulau Serangan bertiup agak kencang sehingga mengurungkan niat saya untuk terbang. Hanya pilot yang sudah lama malang melintang di dunia aeromodeling saja yang berani menantang angin.

Saya bertemu dengan Pak Putu Ary, aeromodeller Bali. sebenarnya sudah lama kami menjalin komunikasi dengan beliau melalui forum di internet namun baru kali ini saya berkesempatan berjumpa langsung dengan beliau.

Setelah Putu Ary menerbangkan pesawat Piper Cub dengan kecepatan angin yang lumayan, kami istirahat sejenak. Setelah itu, saya diajak ke workshopnya untuk melihat beberapa pesawat yang sementara dirakit. Beragam pesawat yang ada dalam workshopnya. Umumnya merupakan pesawat model yang ukurannya lebih besar. Kira-kira besarnya seukuran dengan ikan hiu dewasa. Beberapa diantaranya masih dalam kondisi baru dibuka dari bungkusannya. Pesawat elektrik, engine, helikopter, dan yang menyerupai kupu-kupu kerlap-kerlip ada di workshop ini. Beberapa pesawat ukuran kecil yang terbuat dari gabus juga nampak sementara dalam penyelesaian perakitan.

Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Bali tanpa mengunjungi workshop ini khususnya bagi para aeromodeller.

Denpasar, 18 Februari 2008

Sabtu, 09 Februari 2008

Engine Trainer Crash di Pulau Serangan, Bali


Pulau Serangan Bali merupakan tempat yang sangat mengasyikkan untuk olahraga aeromodeling. Meskipun letaknya di pulau namun tempatnya luas dan angin tidak terlalu kencang. Pesawat udara dari dalam dan luar negeri yang akan mendarat di bandara internasional Ngurah Rai sangat jelas dilihat dari tempat ini. Sebagian besar aeromodeller Bali memilih tempat ini untuk latihan terbang bersama. Mereka biaanya terbang pada hari Sabtu dan Minggu, serta jika ada hari libur nasional lainnya.

Saya pertama kali menerbangkang pesawat engine di tempat ini. Sejenis pesawat trainer 40 high wing yang cocok bagi pemula. Mesin menggunakan OS 46 Jepang 2 tak. Pesawatnya dibuat oleh salah seorang maesto aeromodeling Bali, Pak Hari. Sebagian besar bahan yang digunakan berasal dari kayu balsa dan dilapisi dengan plastik yang sangat tipis. Pembuatnya menamakan sendiri lapisan ciptaanya sebagai Balicote. Bahan bakar sebenarnya dari nitromethane namun dapat pula diracik sendiri.

Pesawat rogging dan berhasil mengudara masih diterbangkan oleh Pak Hari. Setelah pesawat cukup tinggi dan aman dikendalikan bagi pemula, barulah saya diperkenankan untuk memegang kemudi RC. Saya berhasil menerbangkan pesawat cukup tinggi dan berputar ke kiri dan kekanan dengan instruktur langsung dari Pak Hari. Pada saat pertama saya pegang RC ternyata perasaan gugup menyertai saya. Tapi saya coba tetap tenang mengendalikan pesawat dan mendengarkan intruksi langsung sang instruktur.

Setelah beberapa menit terbang tinggi, ternyata kecepatan pesawat pada kendali throttle dan kendali aileron harus saya awasi agar tetap stabil. Misalnya setiap kali belok kiri atau kanan, posisi bagian depan fuselage pesawat harus selalu up untuk menghindari stalling. Teorinya memang kedengaran sangat mudah bahkan remeh. Namun bagi dunia aeromodeling teknik ini sangat vital untuk menghindari crash. Tapi apa boleh buat, teknik ini sebenarnya belum terlalu familiar bagi saya.

Pesawat nampak semakin kecil berputar cukup jauh dari saya sehingga jari jempol saya masih sangat kaku mengendalikannya. Entah apa yang saya pikirkan tiba-tiba pesawat stall. Instruktur pun terlambat melakukan penyelamatan dengan mengambil alih kendali RC. Pesawat langsung mencium bumi dan....crash!!!!

Setelah saya evaluasi sendiri, ternyata penyebabnya adalah keterampilan menerbangkan pesawat engine masih sangat minim. Perlu pengayaan materi dan latihan agar terbiasa menerbangkan pesawat ini. Untunglah Pak Hari mengajak saya ke rumahnya untuk diberikan 'training' khusus dengan menggunakan simulator di rumahnya.

Denpasar, 9 Februari 2008

Rabu, 30 Januari 2008

Mengenal Radio Control


Radio Control atau disingkat RC merupakan pemacar atau transmitter pengendali yang dipegang pilot di darat. Fungsinya begitu vital karena pesawat bisa dikendalikan melalui alat ini. Hal ini tentunya pesawat juga harus dilengkapi dengan alat penerima atau receiver agar pilot dan pesawat dapat 'berkomunikasi'. Wah...ternyata pengendalinya juga disebut 'pilot' meskipun tidak ikut terbang. Unik juga ya...?

Lagi-lagi saya harus berterimakasih kepada Om Darwin dari Grage Aeromodeling karena saya mengutip gambar transmitter yang pernah diulas di forum Grage. OK, lanjut... Sebenarnya jenis transmitter yang lazim digunakan dalam dunia aeromodelling terbagi tiga yakni model pertama yang populer di Eropa, model kedua populer di Amerika, dan model ketiga populer di Asia.

Gambar di atas merupakan model transmitter yang populer di Asia. Terdapat dua stik yaitu pada bagian kiri dan kanan. Stik kiri adalah throttle jika di digeser ke depan maka kecepatan pesawat akan bertambah. Sebaliknya, jika digeser kebelakang kecepatan laju pesawat akan berkurang. Jika stik digeser ke kiri atau ke kanan aileron maka pesawat akan berguling di udara.

Nah, untuk stik sebelah kanan atau stik elevator apabila digeser ke depan maka pesawat akan turun sebaliknya apabila digeser ke belakang maka pesaat akan naik. Selanjutnya stik rudder apabila stik digeser ke sebalah kiri maka pesawat akan belok ke kiri dan jika digeser ke kanan maka pesawat akan belok kanan. Nah, kira-kira sudah ada bayangan mengenai RC pesawat? Gampang khan..?

Denpasar, 30 Januari 2008

Minggu, 20 Januari 2008

Kunjungan dan Terbang Bersama


"Daeng posisi di Bone?"
"Wah...saya masih di Sengkang sekarang, lagi betulin WD dan servo. Sebentar mabur lagi"
Demikian bunyi pesan singkat yang saya buka lalu membalasnya setelah bangun tidur.
Saya mengerutkan kening sewaktu saya lihat nomor telepon yang masuk di hape saya.
Nomor ini belum terdaftar di hape saya, pikir saya. Tetapi saya kok begitu langsung membalasnya ya? Saya sudah menduga-duga, pasti yang mengirimkan pesan singkat itu Mas Kresna, kosong satunya BRI Bantaeng. Setelah saling mengirim dan membalas SMS akhirnya dugaan saya tidak meleset. Benar...yang mengirim pesan adalah Mas Kresna.

Beliau baru saja ditugaskan di Bantaeng setelah sebelumnya ditugaskan di Biak. Beliau pula salah seorang yang sempat 'meracuni' saya terjun dalam aeromodeling via forum diskusi aeromodeling online dan di YM.

Pukul tujuh pagi, saya berangkat ke lapangan kompleks rumah adat AtakkaE Sengkang. WD pun kembali diterbangkan dengan jalan hand launched. Pesawat berhasil terbang dan sempat berputar-putar hingga terbangnya menjauh dari saya sekitar 100 meter. Pesawat menuju pinggir danau yang lumayan berangin. Wah...anginnya sebenarnya masih sepoi-sepoi namun powerful membuat oleh sang WD. Lagi-lagi saya agak panik mengendalikannya hingga pesawat mendarat darurat di semak-semak nun jauh di sana. Tindakan emergency kembali dilakukan dengan cepat. Setelah saya periksa ternyata servonya kembali bermasalah. Hiks..hik...hiks...keluh saya dalam hati. Servonya baru saja diganti kok macet lagi.

Setelah kembali ke rumah hape berdering lagi. "Bos, kita ketemu di Bone saja. Posisi saya di Sinjai." Ternyata dari Mas Kresna. Saya membalasnya, "oke kalau begitu nanti segera saya ke Bone ketemuan sekaligus terbang bersama, tapi saya charge dulu batrenya"

setelah semuanya beres dan membawa WD dan satu kit Stick Flyer ke bagasi, saya segera meluncur ke Watampone hingga saya tiba di tujuan sekitar satu jam limabelas menit. Saya menunggu Mas Kresna tiba di rumah. Beberapa saat kemudian beliau dengan penggembiranya tiba dengan selamat. Saya sambut dengan senyuman kemudian ngobrol sejenak di dalam rumah. Tuan rumah menjamunya dengan hidangan ala kadarnya. Setelah puas ngobrolnya, kamipun beranjak ke Stadion Olahraga La Patau Bone. Tempat olahraga yang masih baru dan tergolong megah di tempat ini.

Setelah tiba di stadion dan meminta izin di satpam penjaga, kami pun diijinkan masuk. Mas Kresna membawa helikopter T Rex dan saya membawa apa lagi kalau bukan pesawat khas dan recomended untuk pemula Wing Dragon.Setelah diperiksa servo WD, ternyata tidak apa-apa. Giliran terbang pertama WD dengan pilot Mas Kresna. Wuih...mantap terbangnya kalau di tangan pilot yang terbangnya seudah ratusan bahkan ribuan kali pasti enak ditonton. Pesawat melawan arah angin dan nampak seperti seekor ikan lumba-lumba sedang terbang. Giliran selanjutnya yakni T Rex. Pilotnya pun masih masih Kresna. Saya terpesona melihat terbangnya yang nyaris sama persis dengan pesawat sungguhan. Giliran terakhir, saya diberi kesempatan oleh Mas Kresna sekaligus menjadi trainer dadakan kehormatan saya untuk menerbangkan WD. Namun, dasar pemula! begitu terbang langsung belok kanan dan mencium pagar pembatas dalam di stadion. Mas Kresna dengan tanggap langsung memberikan instruksi untuk terbang lagi sembari memberi semangat dan tips-tips terbang.

Ternyata terbang bersama mempunyai makna yang lebih dibanding dengan terbang sendiri. Padahal sebelumnya saya sudah merasa nyaris putus asa.

Watampone, 20 Januari 2008

Selasa, 15 Januari 2008

Dua Sisi Aeromodeling


Aeromodeling merupakan olahraga sekaligus hobi yang unik. Menggeluti kegemaran ini memang sebaiknya beramai-ramai dengan rekan peminatnya sehingga seni dan kepuasan satu kegemaran dapat diresapi dengan syahdu. Acara mencari lapangan dan menerbangkan pesawat dilakoni bersama-sama. Apabila ada masalah teknis pesawat juga dapat diselesaikan bersama-sama. Kecuali kepemilikan pesawat, tidak dimiliki bersama-sama (he..he..heee). Nah...karena seringnya bersama-sama, tentunya nilai yang didapatkan yaitu menjungjung tinggi rasa kebersamaan dan persaudaraan.

Namun apa jadinya jika kegemaran ini dilakukan seorang diri di tempat yang jauh dari hingar-bingar dari istilah aeromodeling? Wah.. .mungkin istilah yang paling sering didengarkan yaitu ’nekat’ atau istilah anehnya trial and error. Menjalankan sendiri tanpa mengetahui teori dasar pesawat bisa terbang, kebutuhan perangkat keras pesawat, manuver-manuver terbang, klasifikasi pesawat, dan istilah yang berbau sangat teknis lainnya merupakan hal yang betul-betul nekat. Pada stadium ini malah yang dipikirkan hanya satu yakni bagaimana saya bisa menerbangkan pesawat meskipun asal terbang. Adapun crash merupakan nasib dan risiko yang datang sewaktu-waktu menjemput. Selain itu, rupanya menjadi bagian yang harus dialami oleh siapapun yang baru menerbangkan pesawat RC. Namun, jangan khawatir karena hal tersebut menjadi bumbu penyedap kesyahduan meresapi kegiatan ini.

Untunglah saya menghirup udara era informasi yang sementara menghegemoni kehidupan manusia. Ruang dan waktu bukan lagi menjadi halangan yang memusingkan. Internet telah mengubah sebagian gaya hidup manusia dari konvensional ke arah akses informasi super cepat. Rupanya celah ini tidak luput dari pantauan kaum aeromodeler untuk segera menyikapinya. Kegiatan aeromodeling pun dapat dilakonkan secara bersama-sama dengan menggunakan celah ini, meskipun secara fisik kegiatan ini dilakukan seorang diri. Namun, secara maya sebenarnya telah dilakukan secara berjamaah sehingga nilai kebersamaan dan persaudaraan juga ditemukan lewat jalur ini. Komunikasi secara live, forum diskusi, merakit pesawat secara on line, tawar-menawar pesawat tak lupa pernak-perniknya,dan kenal-kenalan sesama komunitas aeromodeling se-Indonesia dapat dilakukan dengan mudah. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegemaran ini mempunyai dua sisi yang melenakan yakni maya dan nyata.

Watampone, 15 Januari 2008

Senin, 07 Januari 2008

Propeller Lepas


Awan nampak mendung, angin berhembus sangat lembut sehingga waktu paling bagus untuk terbang. Saya ke lapangan pukul enam lewat seperempat pagi. WD segera dipasang sayapnya ,tak lupa memeriksa rudder dan elevator.

Setelah semuanya beres maka penerbanganpun dimulai. Saya naikkan throttle hingga penuh. Pesawat rogging sebentar tapi tidak berhasil terbang karena roda pesawat selalu terganjal karena runway masih basah dan bertaburan dengan 'adonan sapi'.

Akhirnya pesawat saya terbangkan dengan hand launched. Pesawat berhasil terbang berputar beberapa kali di atas saya hingga gerimis halus kembali turun. Saya turunkan pesawat dengan segera agar komponen dalam fuselage tidak kemasukan air. Pesawat berhasil mendarat dengan mulus di rerumputan.

Setelah gerimis reda, penerbangan selanjutnya dipersiapkan lagi. Tetapi servo menunjukkan gelagat yang tidak biasanya. Namun, saya tetap menerbangkan WD. Setelah terbang menjauh dari saya, kendali rudder terasa kurang stabil. Kendali saya gerakkan perlahan-lahan ke kiri. Namun respon WD yang di atas juga aneh. WD merespon dengan lambat.

Sambil terbang dengan tenang, pesawat mengarah pada kabel listik. Saya kendalikan rudder sekali lagi namun sisi kanan pesawat menyentuh kabel tersebut. Pesawat saya belokkan ke kiri untuk menghindari menabrak rumah. Pesawat belok dengan tenang dan turun secara perlahan. Ahirnya mendarat dengan selamat di atas ilalang.

Setelah saya periksa pesawat, ... astaga propellernya hilang. Saya tidak bisa lagi terbang pikir saya karena saya tidak mempunyai cadangan propeller. Penonton cilik ikut mendekat dan saya sembat buat sayembara dadakan bagi yang menemukan propeller. Si penonton cilik ikut mencari dengan harapan mendapatkan imbalan yang saya sampaikan. Hasilnya nihil dan saya memutuskan untuk pulang ke rumah sambil berjalan lunglai memegang pesawat.

Saya pulang degan perasaan kecewa campur lesu. Tapi saya berpikir sejenak untuk mencari sekali lagi utamanya di sekitar kabel listrik tersebut. Saya susuri lapangan hingga di bawah lokasi kabel tersebut. Hasilnya lagi-lagi nihil. Saya tidak patah semangat, pencarianpun saya lanjutkan hingga mendekat di samping rumah tadi. Mata saya tiba-tiba tertuju pada sebuah benda hitam plastik... dan..alhamdulillah, saya dapat kembali propeller tersebut. Saya memasang lagi propeller tersebut dan hand launched lagi. Pesawat berhasil terbang rendah kemudian mendarat. Ternyata cadanga powernya sisa sedikit. Saya memutuskan untuk pulang dan mencharge batrenya dengan harapan nanti siang bisa terbang lagi.

Watampone, 7 Januari 2008

Selasa, 01 Januari 2008

Bagian Pesawat Radio Control


Sebagai seorang pemula dalam aeromodeling, maka wajib hukumnya mengetahui bagian-bagian dalam pesawat yang mengakibatkan pesawat tersebut dapat melakukan berbagai manuver di udara. Bagaimana sebuah pesawat dapat melakukan penerbangan naik atau turun, belok kiri atau kanan, atau melakukan rolling di udara. Semua itu berasal dari berbagai bagian yang dapat gerakkan dalam pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh.

Agar mudah dijelaskan, saya mengutip gambar dari Wind Rider, Site Admin pada forum Grage Aeromodeling. Rudder merupakan alat kendali yang memungkinkan pesawat dapat belok kiri atau kanan. Dengan menggerak-gerakkan rudder yang berada pada fin (sirip, ekor yang horisontal) maka pesawat akan melakukan manuver belok. Apabila rudder digerakkan ke kiri maka pesawat akan belok ke kiri begitu pula sebaliknya.

Elevator memungkinkan pesawat terbang naik dan turun. Elevator letaknya pada bagian belakang stabilizer atau stabilo (ekor yang posisinya datar). Jika elevator ditarik ke bawah maka pesawat akan turun. Jika elevator ditarik ke atas maka pesawat akan naik.

Fuselage atau bagian badan pesawat. Badan pesawat dapat dibuat dari berbagai bahan misalnya pipa PVC, kayu balsa, plastik, alumunium, dan fiber.

Wing atau sayap yang memungkinkan pesawat dapat terbang di udara. Di wing terdapat aileron yang merupakan kemudi guling pesawat.

Landing gear merupakan roda pesawat yang berguna untuk digunakan dalam pendaratan pesawat. Cowling merupakan tutup bagian depan pesawat. Propeller merupakan baling-baling pesawat. Engine merupakan mesin pesawat khusus yang menggunakan bahan bakar. Apabila mesin pesawat tidak menggunakan bahan bakar namun digerakkan dengan tenaga listrik maka disebut motor. Terakhir spinner atau tutup hidung pesawat yang fungsinya juga melindungi bagian depan baling-baling.

Watampone, 1 Januari 2008