andi yaurie :: aeromodelingpemula :: Watampone :: South Celebes :: Indonesia

Jumat, 28 Maret 2008

Transmitter Aeromodeling


Setelah sekian lama menanti, akhirnya transmitter atau ringkasnya diistilahkan TX telah tiba dan niat untuk menggunakannya juga telah terkabul. Perangkat yang satu ini merupakan alat yang vital bagi dunia aeromodeling. Bahkan sebagian besar aeromodeller menganggap sebagai investasi yang sangat berharga dalam hobbi ini.

Biasanya aeromodeller mengunakan satu TX untuk menerbangkan beberapa pesawat model. Hal ini karena dalam pesawat telah dilengkapi dengan radio penerima, reciever atau istilah praktisnya RX yang menerima pancaran gelombang radio dari TX. Asalkan saja frekuensi yang digunakan oleh RX cocok dengan gelombang radio TX. Namun, pilot harus hati-hati dalam menerbangkan pesawatnya agar frekuensi yang digunakan pada saat terbang tidak sama persis dengan pilot lain yang juga terbang bersamaan. Jika terjadi demikian maka frekuensi akan kacau dan pesawat akan mengalami disorientasi yang bisa berkibat pesawat crash.

Frekuensi TX yang tersedia juga mempunyai banyak pilihan sehingga para aeromodeller bisa menerbangkan pesawat beramai-ramai secara aman dengan frekuaensi yang berbeda. Salah satu frekuensi yang sangat umum digunakan yaitu pada kisaran 72 Mhz. Bagaimana jika para pilot memiliki frekuensi yang sama? Sebenarnya frekuensi yang sama masih bisa digunakan dan aman untuk terbang misalnya pada frekuaensi 72,010 Mhz dan 72,030 Mhz. Dua digit pertama sama persis namun tiga digit dibelakngnya yang membedakan range frekuensinya sehingga masuk pada titik yang aman untuk diterbangkan.

Dalam TX juga dikenal sistem channel misalnya TX empat channel, enam channel, tujuh channel, sembilan channel, dan diatas sembilan channel. Sistem ini menunjukkan perbedaan kemampuan pancaran TX untuk pesawat model jenis aeroplane dan helikopter. Untuk aeroplane standar digunakan empat channel. Sistem kendali meliputi rudder, aileron, elevator, dan throttle. Untuk helikopter standar menggunakan enam channel.

Seorang pemula aeromodeller biasanya disarankan memiliki TX enam channel atau tujuh channel dengan asumsi bahwa jika ingin belajar menerbangkan model aeroplane empat channel dan telah mahir menerbangkannya serta apabila ingin mencoba helikopter maka TX tidak perlu diganti, cukup menggunakan satu TX untuk menerbangkan banyak pesawat model.

Depok, 28 Maret 2008

Jumat, 14 Maret 2008

Bahan Bakar Pesawat Engine Aeromodeling


Sudah lama sebenarnya saya ingin berbagi tulisan mengenai bahan bakar pesawat aero dan juga atas desakan salah seorang pembaca blog ini. Namun, rupanya kesempatan dan mood menulis sering menjadi biang kerok untuk dijadikan alasan penundaan.
....
Ternyata beberapa tipe pesawat model bila diterbangkan juga membutuhkan bahan bakar. Sama halnya dengan mesin kendaraan beroda menggunakan BBM agar mesin dapat menghasilkan tenaga gerak. Namun bahan bakar yang digunakan dalam pesawat model jenisnya berbeda dengan kendaraan beroda, sebenarnya pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama didalam mesin.

Pesawat model menggunakan bahan bakar yang disebut dengan Nitromethane dengan rumus kimia CH3NO2 , biasanya lebih gampang jika disebut saja Nitro. Kandungan oksigen dalam Nitro lebih sedikit jika dibandingkan dengan bensin. Sebagai ilustrasi, dibutuhkan 14,6 kg udara untuk membakar satu kilogram bensin. Sebaliknya, untuk Nitro hanya butuh sekitar 1,7 kg udara. Sehingga Nitro menjadi bahan bakar pilihan untuk mesin yang ukurannya lebih kecil daripada mesin kendaraan beroda namun menghasilkan tenaga yang besar seperti pesawat model dan mobil yang menggunakan sistem kendali radio kontrol.

Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang maksimum, biasanya Nitro dicampur dengan unsur lain seperti hydrazine. Oleh karena harga bahan bakar ini tergolong mahal dan hanya bisa dijual di tempat tertentu. Sulit didapatkan di beberapa pulau besar di Indonesia. Undang-undang penerbangan sangat melarang bahan bakar ini dibawa di atas kabin pesawat karena cairan mudah terbakar. Sehingga untuk mendapatkan BBM ini sebaiknya menghubungi Federasi Aero Sport Indonesia atau toko penyedia alat aeromodeling.

Namun penggemar aeromodeling di tanah air tidak kehilangan kreatifitas memikirkan pengganti Nitro. Dengan menggunakan campuran castor oil atau lebih dikenal sebagai minyak jarak dan ditambah dengan methanol maka mesin pesawat sudah siap terbang. Kedua cairan ini dapat dengan mudah diperoleh di apotik atau toko penjual bahan kimia. Tentu saja harganya jauh lebih murah dibanding dengan Nitro. Kualitas pembakaranya pun tidak kalah dengan Nitro. Biasanya digunakan campuran 1 liter minyak jarak banding 5 liter methanol. Racikan ini dapat digunakan sekitar tiga sampai lima jam menerbangkan pesawat. Cukup untuk membuat leher pegal-pegal menengadah ke udara mengendalikan pesawat. Nah... tertarik?. Mari racik sendiri!

Denpasar, 14 Maret 2008